Masjid Bueng Sidom, masjid tua diperkirakan berusia ratusan tahun di Kabupaten Aceh Besar, menyediakan 100-an takjil atau makanan ringan untuk berbuka puasa selama Ramadhan 1446 Hijriah atau 2025 Masehi.
"Masjid ini menyediakan takjil 100 hingga 120 paket setiap hari. Takjil berupa ie bu peudah, makanan khas Aceh. Takjil tersebut dibagikan sebagai penganan berbuka masyarakat setempat," kata M Zein, pengurus takjil Masjid Bueng Sidom, di Aceh Besar, Sabtu.
M Zein mengatakan tradisi memasak dan membagikan takjil ie bu peudah tersebut sudah ada sejak beberapa generasi. Ie bu peudah nasi bubur yang dibuat dengan berbagai macam dedaunan serta bumbu lainnya.
Baca juga: Qari Aceh, Ustadz Takdir Feriza kembali diundang ke Istana Kepresidenan Turki
"Makanan ini dimasak setiap hari selama Ramadhan. Bahan-bahannya merupakan sumbangan warga, seperti beras dari hasil panen masyarakat yang diwakafkan khusus untuk ie bu peudah," katanya.
Proses memasaknya, kata M Zein, selama dua jam, sejak pukul 14.00 WIB setiap hari. Masyarakat mengambil langsung takjil tersebut kepada masyarakat dengan membawa tempat masing-masing. Biasanya, masyarakat mengambilnya setelah shalat Ashar.
"Hampir setiap hari kami memasak ie bu peudah dalam satu kuali besar. Makanan khas Aceh ini selalu habis dibagikan setiap hari. Biasanya, yang mengambil makanan ini dari masyarakat setempat," kata M Zein.
Masjid Bueng Sidom berada di Gampong Bueng Sidom, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Masjid tersebut sudah ada ratusan tahun lalu. Literasi menyebutkan masjid tersebut pernah dibakar Belanda pada 1834 Masehi.
Konstruksi bangunan masjid tersebut sebagian besar dari kayu. Masjid memiliki 16 pilar kayu besar. Sebagian dinding terbuat dari semen dan sebagian lainnya dari kayu. Kubahnya berbentuk segitiga, bukan bulat seperti kebiasaan masjid lainnya di Provinsi Aceh.
Masjid yang tidak jauh dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda tersebut menjadi situs cagar budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Provinsi Aceh di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nur Latifah (79), warga setempat, mengaku tidak mengetahui berapa usia masjid tersebut. Hanya saja, Masjid Bueng Sidom sudah ada sejak orang tuanya masih berusia anak-anak.
"Abu panggilan ayah saya dulunya imam masjid di sini. Masjid tersebut merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat. Berapa usianya, saya tidak tahu. Masjid ini ada sejak Abu saya masih kecil," kata Nur Latifah.
Baca juga: Tradisi Ramadhan masak kanji rumbi di Masjid Al-Furqan Beurawe Banda Aceh, sudah bertahan 27 tahun
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2025