Jantho (Antaranews Aceh) - Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memasok buah alpukat ke sejumlah pasar di Provinsi Aceh untuk memenuhi permintaan pasar.

Sejumlah pedagang di Pasar Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Kamis mengakui, pasokan buah alpukat dari pengumpul dataran tinggi Gayo belakangan ini terbatas dan untuk memenuhui permintaan pasar para pedagang memesannya dari Medan, Sumut.

"Pasokan buah alpukat dari Takengon (Kabupaten Aceh Tengah) tidak mampu penuhi permintaan pasar, sehingga didatangkan dari Medan," kata salah seorang pedagang glosir, Sufri di Pasar Lambaro.

Kata pedagang glosir tadi, buah alpukat yang didatangkan di sejumlah pasar di provinsi paling ujunt barat sumatera itu dominan didatangkan dari tiga daerah yaitu, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Tengah dan Sumatera Utara.

"Setahun lalu pengumpul dari Aceh Tamiang dan Aceh Tengah mampu penuhi permintaan pasar dan sekarang pengumpul buah alpukat dari Takengon sudah mengirim ke Medan, dan bahkan sampai ke Jakarta untuk kebutuhan komestik," akui pedagang glosir tadi.

"Kalau pasokan alpukat normal setiap hari saya mampu menghabiskan sampai 150 Kg, dan untuk kebutuhan alpukat di sejumlah pasar di Aceh menurut saya lebih kurang sekitar satu ton," taksir pedagang glosir tersebut.

Pedagang buah enceran Razali mengakui, kualitas buah alpukat dari dataran Tinggi Gayo meliputi Bener Meriah dan Aceh Tengah jauh lebih bagus isinya jika dibandingkan dari daerah lain.

"Buah alpukat dari Bener Meriah dan Aceh Tengah sangat sedikit seratnya dan dagingnya tebal. Kemudian sejumlah pembeli pun mengakui kandungan lemaknya lebih tinggi," kata Razali.

Pantauan Antara di sejumlah pasar di Aceh meliputi Pasar Lambaro, Keutapang, Aceh Besar dan Pasar Peunayong, Kota Banda Aceh pedagang buah alpukat berkisar dari Rp25.000 hingga Rp30.000/Kg.

Camat Atu Lintang Erwin Pratama, sebelumnya kepada wartawan mengatakan, pihaknya mulai menggalakkan dan sedang mengembangkan program pengembangan tanaman buah alpukat di atas lahan adat seluas 12 hektare guna dijadikan sebagai kebun percontohan.

Di beberapa titik wilayah kecamatan ini kopi dinilai sudah tidak cocok ditanam akibat dampak dari perubahan iklim dan perubahan kultur tanah yang ikut dipengaruhi oleh dampak penggunaan pupuk kimia yang selama ini digunakan petani setempat dalam budidaya tanaman kopi.

"Kita lihat sekarang kopi di sebagian wilayah ini sudah mulai tidak sehat, daunnya pun sudah tidak segar lagi, mulai kriting. Memang tidak semuanya, hanya di beberapa titik wilayah saja. Jadi kita bersama penyuluh pertanian di sini mulai mencoba mengubah apa yang sekarang lebih cocok untuk ditanam oleh petani," tutur Erwin.

"Jadi kita coba lirik potensi lain seperti salah satunya adalah alpukat dan kita sarankan kepada petani di sini agar tidak hanya terpaku pada tanaman kopi saja," tambah Camat Atu Lintang Erwin Pratama.
 

Pewarta: Irman Yusuf

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018