Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Sejumlah pelaku industri pengolahan kopi di Kota Banda Aceh, Aceh, mengaku, perhatian diberikan pemangku kepentingan masih sangat minim bagi usaha di sektor ini.

"Terakhir, tiga tahun lalu. Berupa pelatihan, agar produk kita hasilkan lebih higienis lebih kurang dua hari sebuah hotel di Aceh Besar," ujar pemilik Adun Bubok Kopi, Ilyas (43), di Banda Aceh, Senin.

Ia mengaku, selama menggeluti usaha pengolahan kopi jenis robusta dalam 10 tahun terakhir, hampir tidak pernah tersentuh, seperti dari pemerintah daerah.

Namun, lanjut dia, pihaknya tetap menggeluti usaha itu dengan dibantu oleh dua orang tenaga kerja lokal paruh waktu setengah hari setiap pekan.

Tidak kurang sekitar enam ton biji kopi robusta berasal dari sejumlah daerah di dataran tinggi Aceh mereka oleh menjadi bubuk kopi yang siap dipasarakan.

"Kalau pemasarannya, baru Sumatera dan Kalimantan. Itu pun, bantuan teman. Memang usaha kami ini masih banyak kurangnya, salah satu dalam hal pengemasan," terangnya.

"Akibat keterbatasan modal, dan minimnya perhatian pemerintah kota dan provinsi," sebut Ilyas.

Nafsiah (51), pekerja mengolah biji kopi robusta di industri di Gampong Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, menyebut, dalam sehari pihaknya harus dapat menyelesaikan pesanan hingga 300 kilogram.

Seperti diketahui, sejak lama hingga sekarang, di Aceh punya dua daerah sebagai sentra produksi kopi, yaitu Ulee Kareng di Banda Aceh dan dataran tinggi Aceh di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Ulee Kareng termasuk produsen jenis kopi robusta, dan dua daerah dataran tinggi Aceh termasuk jenis Kopi Arabika. Kedua jenis kopi diklaim, telah mengharumkan nama Aceh sebagai produsen kopi terbaik di Tanah Air yang konon merajai 40 persen pasar di dalam negeri.

"Bubuk kopi ini, tinggal campur dengan air panas. Kalo tokeh kami jual seharga Rp55.000 hingga Rp60.000 per kilogram, tapi belum ada cap atau merknya," kata Nafsiah.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun lalu, telah memberikan dukungan dan pembinaan kepada pelaku industi hilir kopi terkait akses permodalan.

Direktur Akses Perbankan Bekraf, Restog K Kusuma mengatakan, langkah ini dilakukan melalui kegiatan "business matching" industri hilir kopi yang diikuti 150 pelaku ekonomi kreatif, termasuk komunitas pengusaha kopi Aceh menjadi peserta.

Ia melanjutkan, mereka diklaim telah mengetahui persyaratan mengakses permodalan perbankan syariah yang berada di Banda Aceh, dan perbankan siap menyalurkan pembiayaan bagi pelaku usaha yang layak mendapatkan.

"Selain menghadirkan pengembang bisnis hilir kopi dan barista, Bekraf mendatangkan perbankan syariah untuk membagikan informasi pembiayaan perbankan syariah kepada pelaku ekonomi kreatif yang hadir. Kami memberi peluang mereka berinteraksi langsung," terangnya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018