Takengon (Antaranews Aceh) - Pelaku bisnis di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Win Ruhdi Bathin, berpandangan bahwa sudah seharusnya petani di Dataran Tinggi Gayo saat ini lebih melirik pasar kopi "spesialty" untuk meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.
Kepada wartawan di Takengon, Jumat, Win berpendapat, pasaran kopi spesialty yang lebih mengutamakan mutu dan kualitas tentunya memiliki harga jual yang lebih tinggi, sehingga akan memberikan keuntungan lebih pula bagi petani.
"Potensi pasar kopi spesialty itu masih terbuka lebar. Jadi kalau petani sadar dengan pasar kopi spesialty dia bisa tetap mengambil keuntungan, walaupun produksi kopi kurang, tapi harga mahal. Pasar itu lah yang harus mulai dilirik oleh para petani," tutur Win Ruhdi.
Sementara, kata dia, hingga saat ini masih banyak petani kopi baik di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang belum memanfaatkan peluang pasar tersebut.
Para petani di daerahnya itu, kata Win, masih lebih memilih untuk menjual langsung hasil panen kopi dari kebun mereka ke para toke.
"Padahal kalau para petani kita mau sedikit bersabar melakukan proses untuk menjadikannya kopi spesialty, keuntungan yang didapat sangat menjanjikan," tutur Win.
Win Ruhdi menilai pasaran kopi spesialty adalah yang paling ideal jika para petani menyadarinya.
Hal itu karena di segmen ini setiap produk kopi benar-benar bersaing pada mutu dan kualitasnya masing-masing, sehingga tidak akan terlalu dipengaruhi oleh naik turunnya harga kopi di pasar global.
"Dia punya segmen pasar sendiri. Betul-betul menjual kualitas dan rasa kopi," kata Win.
Selain itu, Win Ruhdi, juga menyarankan agar petani kopi di daerahnya hendaknya mulai melakukan pembenahan kebun dan cara tanam kopi untuk lebih meningkatkan produksi.
Jika hal itu dilakukan, kata dia, petani bisa meningkatkan produksi kopi mencapai 1,5 ton/hektare/tahun.
Sementara, rata-rata produksi petani di Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini hanya 800 Kg/hektare/tahun.
"Ada kawan kita namanya Mursada, dia bisa hasilkan sampai 3 ton/hektare/tahun. Kalau lahan kita masih sangat menjanjikan untuk manaikkan produksi," tutur Win.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Kepada wartawan di Takengon, Jumat, Win berpendapat, pasaran kopi spesialty yang lebih mengutamakan mutu dan kualitas tentunya memiliki harga jual yang lebih tinggi, sehingga akan memberikan keuntungan lebih pula bagi petani.
"Potensi pasar kopi spesialty itu masih terbuka lebar. Jadi kalau petani sadar dengan pasar kopi spesialty dia bisa tetap mengambil keuntungan, walaupun produksi kopi kurang, tapi harga mahal. Pasar itu lah yang harus mulai dilirik oleh para petani," tutur Win Ruhdi.
Sementara, kata dia, hingga saat ini masih banyak petani kopi baik di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang belum memanfaatkan peluang pasar tersebut.
Para petani di daerahnya itu, kata Win, masih lebih memilih untuk menjual langsung hasil panen kopi dari kebun mereka ke para toke.
"Padahal kalau para petani kita mau sedikit bersabar melakukan proses untuk menjadikannya kopi spesialty, keuntungan yang didapat sangat menjanjikan," tutur Win.
Win Ruhdi menilai pasaran kopi spesialty adalah yang paling ideal jika para petani menyadarinya.
Hal itu karena di segmen ini setiap produk kopi benar-benar bersaing pada mutu dan kualitasnya masing-masing, sehingga tidak akan terlalu dipengaruhi oleh naik turunnya harga kopi di pasar global.
"Dia punya segmen pasar sendiri. Betul-betul menjual kualitas dan rasa kopi," kata Win.
Selain itu, Win Ruhdi, juga menyarankan agar petani kopi di daerahnya hendaknya mulai melakukan pembenahan kebun dan cara tanam kopi untuk lebih meningkatkan produksi.
Jika hal itu dilakukan, kata dia, petani bisa meningkatkan produksi kopi mencapai 1,5 ton/hektare/tahun.
Sementara, rata-rata produksi petani di Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini hanya 800 Kg/hektare/tahun.
"Ada kawan kita namanya Mursada, dia bisa hasilkan sampai 3 ton/hektare/tahun. Kalau lahan kita masih sangat menjanjikan untuk manaikkan produksi," tutur Win.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018