Singkil (Antaranews Aceh) - Peneliti Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan sumber daya mineral di Kabupaten Aceh Singkil, melimpah, sehingga berpotensi dalam pengembangan usaha pertambangan dan home industri.
"Secara ekonomis sumber air di Aceh Singkil bisa dikembangkan dalam bentuk air kemasan dan Industri air yang dikelola PDAM," ujar Suyono, Pakar Geografi UGM di Singkil, Jumat.
Hal itu disampaikan dalam acara laporan akhir penelitian dan kegiatan penyusunan Neraca Sumber Daya Alam serta Lingkungan (NSDAL) di aula Kantor Bappeda setempat.
Hal senada juga di sampaikan oleh Tomi Tivian MSC, staf pengajar Departemen Geografi Lingkungan dari UGM, bahwa sumber mineral yang melimpah di Aceh Singkil yakni, berupa air, dan bahan galian-C.
Sedangkan sumber mineral lainnya yakni berupa bahan galian-C seperti sertu, pasir, lempeung dan fiedspar masih sangat mumpuni dalam pengolahannya, namun harus tetap terkendali yang artinya mengindahkan kaedah-kaedah alam yang hakikatnya tetap terjaga.
Kajian penelitian yang didesain dalam bentuk pemetaan tersebut memghasilkan ribuan ton produk tambang yang berada di Kecamatan Danau Paris dan Kecamatan Singkohor.
"Seperti Singkohor kandungan lampeung adalah bahan baku pembuatan keramik dan tembikar, hal itu bisa dimanfaatkan dalam bentuk usaha makro dan mikro (home industri)," ujarnya.
Sedangkan untuk untuk kadar batu bara di Aceh Singkil, perlu kajian lebih mendalam lagi untuk nilai industrinya, karena diperkirakan kadar batu baranya masih tergolong muda.
Kepala Bappeda Aceh Singkil, Junaidi mengatakan, tujuan dari kerja sama antara Pemkab dengan Fakultas UGM Yogyakarta adalah agar mengetahui potensi sumber daya alam.
Laporan penyusunan neraca sumber daya alam dan lingkungan ini sebagai dasar dalam mengambil langkah kebijakan strategis, sehingga perencanaan pembangunan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil menjadi dasar.?
Artinya, tutur Junaidi, sumber daya mineral alam Aceh Singkil salah satunya seperti lempeung merupakan fakta yang berpotensi dijadikan tembikar dan keramik.?
Dikatakan, bila dikelola dengan baik, maka menjadikan produk unggulan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Secara ekonomis sumber air di Aceh Singkil bisa dikembangkan dalam bentuk air kemasan dan Industri air yang dikelola PDAM," ujar Suyono, Pakar Geografi UGM di Singkil, Jumat.
Hal itu disampaikan dalam acara laporan akhir penelitian dan kegiatan penyusunan Neraca Sumber Daya Alam serta Lingkungan (NSDAL) di aula Kantor Bappeda setempat.
Hal senada juga di sampaikan oleh Tomi Tivian MSC, staf pengajar Departemen Geografi Lingkungan dari UGM, bahwa sumber mineral yang melimpah di Aceh Singkil yakni, berupa air, dan bahan galian-C.
Sedangkan sumber mineral lainnya yakni berupa bahan galian-C seperti sertu, pasir, lempeung dan fiedspar masih sangat mumpuni dalam pengolahannya, namun harus tetap terkendali yang artinya mengindahkan kaedah-kaedah alam yang hakikatnya tetap terjaga.
Kajian penelitian yang didesain dalam bentuk pemetaan tersebut memghasilkan ribuan ton produk tambang yang berada di Kecamatan Danau Paris dan Kecamatan Singkohor.
"Seperti Singkohor kandungan lampeung adalah bahan baku pembuatan keramik dan tembikar, hal itu bisa dimanfaatkan dalam bentuk usaha makro dan mikro (home industri)," ujarnya.
Sedangkan untuk untuk kadar batu bara di Aceh Singkil, perlu kajian lebih mendalam lagi untuk nilai industrinya, karena diperkirakan kadar batu baranya masih tergolong muda.
Kepala Bappeda Aceh Singkil, Junaidi mengatakan, tujuan dari kerja sama antara Pemkab dengan Fakultas UGM Yogyakarta adalah agar mengetahui potensi sumber daya alam.
Laporan penyusunan neraca sumber daya alam dan lingkungan ini sebagai dasar dalam mengambil langkah kebijakan strategis, sehingga perencanaan pembangunan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil menjadi dasar.?
Artinya, tutur Junaidi, sumber daya mineral alam Aceh Singkil salah satunya seperti lempeung merupakan fakta yang berpotensi dijadikan tembikar dan keramik.?
Dikatakan, bila dikelola dengan baik, maka menjadikan produk unggulan.
Editor : Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018