Meulaboh (Antaranews Aceh) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat Ramli SE menemukan aset negara berupa alat cuci darah senilai Rp24 miliar di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh yang terbengkalai karena rusak.

"Alat medis cuci darah senilai Rp24 miliar itu pengadaan tahun 2010 - 2011, tetapi sudah tidak digunakan. Dibiarkan begitu saja padahal banyak orang membutuhkan," katanya usai melakukan sidak sendiri di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh, Jumat.

Ia menilai managemen rumah sakit itu tidak serius mengelola aset yang dibeli dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan nilai cukup fantastis tersebut, pasalnya banyak masyarakat yang tidak terlayani untuk melakukan cuci darah di rumah sakit tersebut.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menegaskan, kunjungannya ke sejumlah ruangan didampingi sejumlah pejabat rumah sakit, namun ketika dimintai klarifikasi penyebab terbangkalainya dua unit alat cuci darah itu, semua menjelaskan dengan jawaban normatif.

"Tidak bisa mereka jelaskan kenapa tidak dimanfaatkan, kalau memang alasan rusak, kenapa tidak diusulkan dana perawatan dan perbaikan. Sejak awal 2018 sudah tidak digunakan alat cuci darah yang dibeli dengan dana pemerintah itu," tegasnya.

Ramli menyampaikan, alasan lain dari managemen rumah sakit bahwa alat medis tersebut tidak ada yang membutuhkan, padahal karena selama ini banyak warga yang membutuhkan alat itu akhirnya melakukan cuci darah di Banda Aceh.

Diakui, memang saat ini ada beberapa unit alat medis untuk kebutuhan yang sama dalam pelayanan cuci darah, tetapi merupakan milik swasta yang digunakan dalam bentuk kerja sama dengan pemerintah daerah.

"Walau pun ada alat lain, tetapi tidak boleh aset yang sudah dibeli dengan harga mahal itu terbangkalai begitu saja. Kita mendesak agar adanya perbaikan managemen sehingga pengelolaan aset di rumah sakit benar - benar bermanfaat,"sebutnya lagi.

Lebih lanjut disampaikan, ada temuan lain di rumah sakit itu terkait rusaknya alat produksi oxigen medis (oxy Indomed). Ia menduga kerusakan itu diakibatkan oleh pengoperasian alat seharga Rp10 miliar itu yang tidak dilakukan oleh teknisi atau ahlinya.

Ramli menyayangkan kondisi kerusakan itu terkesan dibiarkan, padahal diketahui peralatan tersebut pengadaan DAK 2016 masih ada garansi untuk perbaikan dari perusahaan.

"Alat itu kan ada garansi, kenapa tidak diperbaiki. Saya bersama anggota dewan lain juga akan turun kembali dalam waktu dekat melakukan sidak bersama. Bila kondisinya masih demikian maka harus diusut penyebabnya," tambahnya.
 

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018