Banda Aceh (Antara) - Penikmat kopi di kota Banda Aceh selama ini lebih menyukai jenis Robusta, dibandingkan jenis Arabika yang diproduksi dari dataran tinggi wilayah Tengah Aceh.

"Warung kopi Robusta di sini (Banda Aceh), jauh lebih banyak di banding Arabika," ujar barista warung kopi khusus Arabika, Muhammad (53), dikawasan Lampriet, Banda Aceh, Rabu.

Arabika sendiri, lanjutnya, mulai diperkenal pemilik warung kopi di daerah berjuluk "Kota 1.001 Warkop", karena masih adanya permintaan dari penikmat kopi yang ingin rasa agak asam di lidah sejak 2009.

Sejak diperkenalkan empat tahun kemudian, muncul tren baru di ibu kota Provinsi Aceh ini yang ditandai bermunculan warkop yang menawarkan Arabika, seperti Sada Coffe, dan Rumoh Aceh Kopi.

Seperti diketahui, Arabika asal Aceh merupakan jenis kopi yang paling diminati dunia karena telah diekspor ke-17 negara, dan peminat terbesarnya Amerika Serikat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebut, hingga Agustus 2018 total nilai ekspor kopi masih dalam berbentuk biji 48,74 juta dolar AS. Jumlah ini meningkat 99,78 persen, dibandingkan periode Januari-Agustus 2017.

"Cuma perbedaan yang mencolok antara Arabika dan Robusta, dari segi harga. Kalau segelas Arabika kami pasarkan sekitar Rp10 ribu, sedangkan Robusta di warkop tempat lain cuma Rp4.000 per gelas," katanya.

Anton (31), penyaring kopi Robusta warkop di Jalan Soekarno-Hatta, Banda Aceh mengaku, pihaknya juga menyediakan Arabika yang memiliki kandungan kafein lebih rendah dibanding Robusta.

Ia mengatakan, tingkat kafein yang terkandung dalam biji Arabika sekitar 1,5 persen, sedangkan biji Robusta jauh lebih tingggi yakni 2,7 persen.

"Memang tingkat kafein Robusta ini mengakibatkan rasa kopi menjadi pahit, tetapi justru lebih digemari mayoritas warga di Aceh. Dibanding Arabika, sehari bisa di hitung berapa gelas yang dipesan," tutur dia.

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman sebelumnya mengatakan, selain terkenal cagar budaya, dan bangunan bersejarahnya, daerah tersebut juga identik dengan minuman kopi yang tersedia di setiap penjuru kota.

"Banda Aceh itu, `Kota 1.001 Warkop`. Jangan heran, jika semua warkop penuh. Karena ngopi, sudah menjadi budaya sejak zaman dahulu. Warkop pusat beragam aktifitas warga mulai dari kumpul bersama teman dan keluarga hingga pertemuan bisnis. Di Banda Aceh secangkir kopi sejuta cerita," ungkapnya.

"Banyaknya warkop plus (jaringan) `wifi` yang buka hingga 24 jam menjadi daya pikat bagi wisatawan," ujar Aminullah.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018