Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Adalah Desa Sikundo, sebuah desa yang terletak di kaki bukit barisan persisnya di pedalaman Kecamatan Pante Ceureumen atau persisnya berjarak sekitar 80 kilometer arah timur Kota Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat.

Kawasan seluas 12.000 hektare yang berada di kawasan Gunung Batee Sineuk itu kini semakin terkenal dan menjadi perhatian penuh dari pemerintah pusat, termasuk Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo karena viral dengan jembatan seutas tali yang dilintasi oleh warga dan beberapa murid SD dan dimuat oleh sejumlah media nasional di Indonesia.

Wartawan aceh.antaranews.com, Teuku Dedi Iskandar yang melakukan perjalanan ke kawasan terpencil dan pernah terisolir pada Jumat (15/2) lalu, akan menuangkan pengalaman perjalanannya ke kawasan ini yang terkenal ekstrem dan menantang nyali untuk melintasinya.

Sore itu, penulis berangkat bersama beberapa rekan wartawan dan ditemani anggota Polri dari Polsek Pante Ceureumen, menggunakan sepeda motor.

Jarak yang harus ditempuh ke kawasan Sikundo dari ibukota kecamatan setempat sebetulnya dekat yakni sekitar 14-15 kilometer saja.

Namun beratnya medan yang harus ditempuh untuk bisa menuju ke kawasan tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan nyali yang besar untuk bisa mendaki bukit dengan tebing yang curam dan dipenuhi batu cadas sebagai alasnya.

Belum lagi badan jalan yang penuh dengan lubang dan bebatuan dengan sisi kanan tebing gunung dan sisi kiri aliran sungai, membuat para "kuli tinta" itu harus lebih berhati-hati.

Bila tidak, tentu risiko besar harus diterima.

Di sepanjang perjalanan juga terdapat kawasan hutan lebat dan jembatan darurat yang terbuat dari beberapa bagian kayu. Untuk bisa melintasinya juga harus penuh kehati-hatian dan ekstra waspada, karena dibawah jembatan kayu ini terdapat aliran sungai kecil yang kedalamannya tidak diketahui secara pasti.

Kondisi jalan yang berlumpur dan penuh lubang, juga menyebabkan sepeda motor yang digunakan sebagai sarana transportasi juga sulit untuk menembus kawasan ini.
Babinkambitbmas Polsek Pante Ceureumen, Aceh Barat, melintasi salah satu ruas jalan yang terkikis longsor menuju ke Sikundo, Jumat (15/2/2019) sore. (Foto Antara Aceh/Teuku Dedi Iskandar)

Belum lagi penulis nyaris terjatuh saat berusaha mendaki Gunung Cek Pong, karena licinnya badan jalan.

Belum lagi sepeda motor yang sempat mati mesinnya, akibat terperosok lumpur yang berkedalaman lebih 50 centimeter.

Usai menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam lamanya, akhirnya kami tiba di Sikundo, sebuah kawasan yang mendadak terkenal dengan jembatan seutas tali.

Namun saat tiba ke kawasan ini, jembatan yang terbuat dari seutas tali kini tidak ada lagi di lokasi semula. Yang ada, justru sebuah jembatan gantung yang sudah berdiri kokoh yang membentang diatas alian sungai sepanjang sekitar 90-100 meter.

Sebagian besar profesi masyarakat di kawasan ini yaitu sebagai petani.

Ya, jembatan ini terlihat baru saja tuntas dibangun. Bagian pagarnya juga terlihat baru dicat dengan warga kuning dan lantainya terbuat dari pelat besi.

Sedangkan jembatan seutas tali sepertinya sudah dibongkar karena sudah ada akses jembatan gantung. Akan tetapi, di bawah jembatan diseberang sungai, terlihat dua buah kapal yang terbuat dari pelat besi dan selama ini diduga digunakan warga sebagai sarana untuk menyeberang sungai, sebelum jembatan tersebut dibangun.

Kondisi udara di kawasan ini juga sangat segar dan alami, maklum kawasan ini masih sangat asri dan belum terjamah polusi.

Ditemani anggota polisi dari Babinkamtibmas, penulis juga bertemu dengan Kepala Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat bernama Muhammad Jauhari. Usianya masih sangat muda yakni sekitar 32 tahun dan ia terlihat sangat ramah menyambut kedatangan kami.

Tanpa banyak basa-basi, ia kemudian mempersilahkan mereka menuju ke perkampungan warga setempat. Di sepanjang jalan, terdapat banyak kebun warga yang ditanami aneka palawija dan sayuran dan tumbuh dengan sangat subur.

Setibanya di desa, mereka juga dijamu dengan segelas kopi oleh beberapa warga setempat dengan sambutan sangat ramah dan bersahabat. Mereka juga sangat fasih berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dan bahasa lokal Aceh.

Usai menikmati segelas kopi kampung yang harumnya sangat nikmat ini, ternyata penulis juga menemukan sebuah jembatan yang terbuat dari seutas tali dan sering digunakan warga untuk menyeberang sungai.

Rupanya, di desa ini terdapat dua dusun yakni Dusun Sara Sare dan Dusun Durian. Untuk bisa melintasinya, setiap hari warga di kawasan ini menggunakan jembatan tali sebagai sarana transportasi.
Warga menaiki jembatan seutas tali yang menghubungkan antara Dusun Durian dan Dusun Sara Sare, Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Jumat (15/2/2019) petang. (Foto Antara Aceh/Teuku Dedi Iskandar)

Di Dusun Durian, merupakan pusat pemerintah desa dan terdapat banyak penduduk yang dihuni sekitar 27 kepala keluarga.

Sedangkan di seberang sungai yakni di Dusun Sara-Sare, terdapat 12 kepala keluarga dan di kawasan ini juga terdapat kebun milik masyarakat setempat, serta satu buah sekolah dasar (SD) yang sudah lama tidak difungsikan sejak tahun 2013.

Kepala Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Muhammad Jauhari kepada Antara mengatakan sejak kawasan ini ditempati selama puluhan tahun, baru beberapa tahun belakangan ini mereka bisa menikmati sentuhan pembangunan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Meski terbatas, namun mereka sangat mensyukurinya.

Salah satunya dengan adanya kucuran alokasi dana desa dari pemerintah pusat dan alokasi dana gampong (ADG) yang bersumber dari dana APBK dan APBA sejak beberapa tahun lalu. Dengan dana inilah, mereka akhirnya bisa membangun jalan desa sehingga bisa membebaskan masyarakat dari keterisoliran.

Sebelumnya, untuk bisa keluar dari desa, mereka harus melintasi sedikuitnya tujuh jembatan tali untuk menuju ke pusat ibukota kecamatan yang berjarak sekitar 15 kilometer, agar bisa menjual hasil kebun dan berbelanja kebutuhan sehari-hari maupun berkunjung ke ibukota kabupaten.

Dengan tuntasnya pembangunan jembatan gantung yang dibangun pada tahun 2018 lalu menggunakan dana APBA dan tuntas pada Februari 2019 ini, masyarakat di Desa Sikundo sangat mensyukurinya. Karena warga tidak lagi harus menggunakan jembatan yang terbuat dari seutas tali.

"Kami bersama masyarakat sangat berterimakasih kepada pemerintah yang telah membuat satu jembatan gantung, namun kami memohon ada beberapa pembangunan lainnya yang harus dibangun oleh pemerintah," harapnya.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019