Sejumlah pedangang kopi jenis Arabika di Aceh, mengaku permintaan pasar komoditas itu lesu seiring kenaikan harga tiket pesawat terbang dalam tiga bulan terakhir.

"Biasanya kami bisa dapat Rp100 juta per bulan, tapi saat ini malah terjadi penurunan hampir 50 persen lebih untuk penjualan kopi Arabika," ujar pedangang kopi Muslim (45) di Aceh Besar, Kamis.

Ia mengaku, mereka para pembeli kopi Arabika yang dihasilkan dari dataran tinggi "Tanah Gayo" itu, sebelumnya adalah wisatawan seperti dari Jakarta dan Pulau Jawa dengan omzet Rp75 juta hingga Rp100 juta per bulan.

Namun sejak sejumlah maskapai menerapkan mahalnya harga tiket pesawat untuk rute domestik, dan terakhir penerapan bagasi berbayar, pembeli kopi yang dominan memiliki rasa pahit dengan kadar keasaman tinggi tersebut semakin bekurang.

Padahal, lanjutnya, sebagai pedanggang, dan juga pengolah kopi yang ditanam pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut pihaknya datangkan dari Aceh Tengah, dan Bener Meriah dengan waktu tempuh delapan jam melalui perjalanan darat.

"Sekarang pembeli Arabika, mayoritas di wilayah Aceh saja. Sedangkan dari Jakarta, cuma beberapa orang. Itu pun, tidak setiap hari kami layani," katanya.

"Omzet kami pun, turun dratis. Makanya, saya harus putar otak. Memang ada rencana mau buka warung kopi spesial Arabika pada kawasan menuju Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh," tegas Muslim.

Ridwan (47), pedangang kopi Arabika lainnya di Banda Aceh mengaku, pihaknya memiliki target agar bisa terus menghidupi keluarganya dari menjual salah satu komoditas ungulan asal Aceh yang dewasa ini sedang lesu di provinsi ini.

Ia mengatakan, upaya dilakukan pihaknya bakal mengikutkan produk kopi Arabika di salah satu pusat perbelanjaan daring terkemuka di Indonesia agar terserap untuk pasar domestik dengan baik.

"Saya yakin, kopi kita ini telah diakui lebih dari 17 negara dunia. Masak, kita tak bisa menjualnya cuma gara-gara mahalnya harga tiket pesawat," katanya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019