Sejumlah petani di wilayah Indrapuri dan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, beralih menggunakan pupuk organik karena langkanya pupuk subsidi non organik.

"Tidak sedikit petani padi di wilayah Indrapuri beralih menggunakan pupuk organik karena pasokan pupuk subsidi jenis, Urea, SP-36, KCL dan pupuk ZA langka di pasar," kata Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Indrapuri, Suryanidar di Aceh Besar, Selasa.

Petani padi kata Suryanidar, menaburkan pupuk organik jenis kotoran sapi dan kerbau sebagai alternatif karena ketersediaan pupuk subsidi tidak cukup.

"Pupuk organik itu ditaburkan dalam tanaman padi sebagai pengganti pupuk Urea dan SP-36 serta KCL," kata Suryanidar.

Lebih lanjut Suryanidar mengatakan produksi gabah di wilayah itu turun dari sembilan ton menjadi tiga ton per hektare.

"Produksi gabah di Indrapuri, Aceh Besar tahun lalu sembilan ton per hektare dan sekarang rata-rata turun menjadi tiga ton, karena petani sangat sulit memperoleh pupuk subsidi," sebut dia.

Salah seorang petani setempat, Ridwan, mengatakan biasanya produksi gabah berkisar dari, delapan hingga sembilan ton per hektare. Namun, periode ini produksi gabah menurun drastis disebabkan kelangkaan pupuk.

"Jika hasil panen menurun petani pasti merugi atau produksinya tidak mencapai target," tuturnya.

Kemudian, seorang petani padi di kawasan Blang Bintang, Aceh Besar juga mengaku menggunakan pupuk organik karena pupuk non organik langka di sejumlah pasar.

"Saya menaburkan pupuk organik di tanaman padi karena waktu itu pupuk Urea dan SP-36 tidak ada di pasar," ucapnya.

Pewarta: Irman Yusuf

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019