Grup C Copa America 2019 dihuni Chile, Ekuador, Jepang dan Uruguay. Chile dan Uruguay memasuki Copa America 2019 dengan peluang menorehkan sejarah baru dalam kompetisi antarnegara Amerika Selatan tersebut.
Chile merupakan juara dua edisi terakhir Copa America, yakni ketika menjadi tuan rumah pada 2015 dan di Amerika Serikat setahun kemudian dalam edisi khusus seabad turnamen.
Dengan demikian, di Brazil tim besutan Reinaldo Rueda itu punya kesempatan untuk membukukan juara tri-runtun, demi menyamai raihan Argentina pada 1945, 1946 dan 1947.
Sedangkan Uruguay merupakan negara dengan pengoleksi trofi Copa America terbanyak yakni 15 buah, terakhir kali mereka raih pada 2011 silam.
Satu trofi tambahan akan menajamkan rekor Uruguay menjadi 16 kali juara, membuat Argentina sebagai pesaing terdekat dengan 14 trofi butuh setidaknya dua edisi Copa America untuk menyamai catatan tersebut.
Namun jika harus berhitung di antara keduanya Uruguay jauh lebih berpeluang untuk merajai fase penyisihan Grup C, mengingat usai dua kali juara Copa America dan hanya jadi runner-up Piala Konfederasi 2017, Chile seolah mendapati performa mereka bak terjun bebas.
Chile gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 seusai hanya menempati peringkat keenam klasemen akhir kualifikasi zona CONMEBOL (Amerika Selatan). Lantas usai mulai dibesut Rueda, Chile cuma meraup lima kemenangan dan empat kali kalah dalam 14 laga persahabatan sejak 2018 hingga jelang putaran final Copa America 2019.
Absennya kiper senior Claudio Bravo karena cedera, juga dibarengi dengan penampilan yang tidak terlalu menonjol dari para bintang Chile di level klub pada musim 2018/2019.
Bintang utama mereka Alexis Sanchez menjalani musim yang medioker --jika tak mau disebut buruk-- bersama Manchester United, sedangkan gelandang Arturo Vidal meski punya peran di Barcelona namun tentu saja satu-satunya trofi Las Blaugranas lebih banyak karena faktor megabintang Argentina Lionel Messi.
Baca juga: Vidal dan Sanchez pimpin Chile ke Copa America
Sebaliknya, Uruguay saat ini adalah tim CONMEBOL dengan posisi kedua tertinggi di peringkat FIFA yakni urutan kedelapan di bawah Brazil yang ada di tempat ketiga.
Tangan dingin Oscar Tabarez yang sejak 2006 menduduki kursi pelatih Uruguay diharapkan kembali menunjukkan tajinya, sebagaimana ia membawa La Celeste jawara Copa America 2011 serta mencapai semifinal Piala Dunia 2010.
Lini depan Uruguay memang berisikan dua bintang yang baru sembuh dari cedera, Luis Suarez (Barcelona) dan Edinson Cavani (Paris Saint-Germain), namun nama anyar seperti Maxi Gomez (Celta Vigo) diharapkan memberi suntikan darah segar, terlebih pada musim 2018/2019 ia juga tampil impresif yang sempat memikat raksasa Eropa untuk mendatangkannya musim panas ini.
Lini tengah mereka dihuni kreator-kreator serangan mumpuni seperti Lucas Torreira (Arsenal) dan Rodrigo Bentancur (Juventus) yang jelas merupakan masa depan sepak bola Uruguay.
Uruguay boleh dibilang jadi tim yang paling diunggulkan di Grup C dan Chile, meski berstatus juara bertahan, harus berhati-hati akan ancaman kejutan yang bisa saja ditimbulkan oleh Ekuador dan Jepang.
Baca juga: Jalani pemulihan cedera, Suarez perkuat Uruguay di Copa America
Jika Ekuador dianggap tak cukup mengancam karena performanya tak terlalu mentereng dalam beberapa tahun terakhir, Jepang sangat berpeluang jadi kejutan turnamen.
Terlebih Jepang punya Takefusa Kubo, remaja yang disebut-sebut sebagai titisan Messi dan baru saja resmi dibeli oleh Real Madrid.
Copa America 2019 bakal menjadi ajang pertunjukan kebolehan Kubo demi membuktikan ia memang pantas menyandang label sebagai Messi-nya Jepang. Remaja berusia 18 tahun itu juga tentu ingin membawa modal positif sebelum mulai berseragam Madrid musim depan.
Jepang yang kini ditangani Hajime Moriyasu juga mencari pelipur lara dari kekalahan mereka melawan Qatar di final Piala Asia 2019, dengan cara menorehkan prestasi lebih baik di penampilan kedua mereka sebagai tim undangan di Copa America.
Pada edisi 1999, Jepang tak mampu membukukan kemenangan dalam tiga pertandingan fase penyisihan dan berakhir sebagai juru kunci grup.
Baca juga: Profil Grup A, tantangan sekaligus kesempatan tuan rumah tanpa Neymar
Baca juga: Profil Grup B, Messi dan upaya Argentina mengakhiri nirprestasi
Berikut daftar skuat tim penghuni Grup C:
Chile: Gabriel Arias, Brayan Cortes, Yerko Urra; Igor Lichnovsky, Guillermo Maripan, Mauricio Isla, Paulo Diaz, Jean Beausejour, Gary Medel (kapten), Gonzalo Jara, Oscar Opazo; Jose Pedro Fuenzalida, Arturo Vidal, Deigo Valdes, Erick Pulgar, Esteban Pavez, Pedro Pablo Hernandez, Charles Aranguiz; Alexis Sanchez, Nicolas Castillo, Eduardo Vargas, Junior Fernandes, Angelo Sagal
Pelatih: Reinaldo Rueda
Ekuador: Alexander Dominguez, Pedro Ortiz, Maximo Banguera; Arturo Mina, Robert Arboleda, Pedro Pablo Velasco, Cristian Ramirez, Xavier Arreaga, Jose Quintero, Beder Caicedo; Renato Ibarra, Romario Ibarra, Carlos Gruezo, Ayrton Preciado, Jefferson Intriago, Antonio Valencia (kapten), Jefferson Orejuela, Andres Chicaiza, Jhegson Mendez; Carlos Garces, Angel Mena, Enner Valencia
Pelatih: Hernan Dario Gomez
Jepang: Eiji Kawashima, Ryosuke Kojima, Keisuke Osako; Daiki Sugioka, Ko Itakura, Naomichi Uefa, Teruki Hara, Daiki Suga, Takehiro Tomiyasu, Tomoki Iwata, Yugo Tatsuta; Yuta Nakayama, Kota Watanabe, Gaku Shibasaki, Tatsuya Ito, Shoya Nakajima, Koji Miyoshi, Taishi Matsumoto, Hiroki Abe, Takefusa Kubo; Daizen Maeda, Ayase Ueda, Shinji Okazaki (kapten)
Pelatih: Hajime Moriyasu
Uruguay: Fernando Muslera, Martin Campana, Martin Silva; Jose Gimenez, Diego Godin (kapten), Giovanni Gonzalez, Marcelo Sarrachi, Diego Laxalt, Sebastian Coates, Martin Caceres; Matias Vecino, Rodrigo Bentancur, Nicolas Lodeiro, Nahitan Nandez, Giorgian de Arrascaeta, Lucas Torreira, Federico Valverde, Gaston Pereiro; Luis Suarez, Cristhian Stuani, Maxi Gomez, Jonathan Rodriguez, Edinson Cavani
Pelatih: Oscar Tabarez
Jadwal pertandingan Grup C (dalam WIB):
Senin (17/6) Uruguay vs Ekuador
Selasa (18/6) Jepang vs Chile
Jumat (21/6) Uruguay vs Jepang
Sabtu (22/6) Ekuador vs Chile
Selasa (25/6) Chile vs Uruguay
Selasa (25/6) Ekuador vs Jepang
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Chile merupakan juara dua edisi terakhir Copa America, yakni ketika menjadi tuan rumah pada 2015 dan di Amerika Serikat setahun kemudian dalam edisi khusus seabad turnamen.
Dengan demikian, di Brazil tim besutan Reinaldo Rueda itu punya kesempatan untuk membukukan juara tri-runtun, demi menyamai raihan Argentina pada 1945, 1946 dan 1947.
Sedangkan Uruguay merupakan negara dengan pengoleksi trofi Copa America terbanyak yakni 15 buah, terakhir kali mereka raih pada 2011 silam.
Satu trofi tambahan akan menajamkan rekor Uruguay menjadi 16 kali juara, membuat Argentina sebagai pesaing terdekat dengan 14 trofi butuh setidaknya dua edisi Copa America untuk menyamai catatan tersebut.
Namun jika harus berhitung di antara keduanya Uruguay jauh lebih berpeluang untuk merajai fase penyisihan Grup C, mengingat usai dua kali juara Copa America dan hanya jadi runner-up Piala Konfederasi 2017, Chile seolah mendapati performa mereka bak terjun bebas.
Chile gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 seusai hanya menempati peringkat keenam klasemen akhir kualifikasi zona CONMEBOL (Amerika Selatan). Lantas usai mulai dibesut Rueda, Chile cuma meraup lima kemenangan dan empat kali kalah dalam 14 laga persahabatan sejak 2018 hingga jelang putaran final Copa America 2019.
Absennya kiper senior Claudio Bravo karena cedera, juga dibarengi dengan penampilan yang tidak terlalu menonjol dari para bintang Chile di level klub pada musim 2018/2019.
Bintang utama mereka Alexis Sanchez menjalani musim yang medioker --jika tak mau disebut buruk-- bersama Manchester United, sedangkan gelandang Arturo Vidal meski punya peran di Barcelona namun tentu saja satu-satunya trofi Las Blaugranas lebih banyak karena faktor megabintang Argentina Lionel Messi.
Baca juga: Vidal dan Sanchez pimpin Chile ke Copa America
Sebaliknya, Uruguay saat ini adalah tim CONMEBOL dengan posisi kedua tertinggi di peringkat FIFA yakni urutan kedelapan di bawah Brazil yang ada di tempat ketiga.
Tangan dingin Oscar Tabarez yang sejak 2006 menduduki kursi pelatih Uruguay diharapkan kembali menunjukkan tajinya, sebagaimana ia membawa La Celeste jawara Copa America 2011 serta mencapai semifinal Piala Dunia 2010.
Lini depan Uruguay memang berisikan dua bintang yang baru sembuh dari cedera, Luis Suarez (Barcelona) dan Edinson Cavani (Paris Saint-Germain), namun nama anyar seperti Maxi Gomez (Celta Vigo) diharapkan memberi suntikan darah segar, terlebih pada musim 2018/2019 ia juga tampil impresif yang sempat memikat raksasa Eropa untuk mendatangkannya musim panas ini.
Lini tengah mereka dihuni kreator-kreator serangan mumpuni seperti Lucas Torreira (Arsenal) dan Rodrigo Bentancur (Juventus) yang jelas merupakan masa depan sepak bola Uruguay.
Uruguay boleh dibilang jadi tim yang paling diunggulkan di Grup C dan Chile, meski berstatus juara bertahan, harus berhati-hati akan ancaman kejutan yang bisa saja ditimbulkan oleh Ekuador dan Jepang.
Baca juga: Jalani pemulihan cedera, Suarez perkuat Uruguay di Copa America
Jika Ekuador dianggap tak cukup mengancam karena performanya tak terlalu mentereng dalam beberapa tahun terakhir, Jepang sangat berpeluang jadi kejutan turnamen.
Terlebih Jepang punya Takefusa Kubo, remaja yang disebut-sebut sebagai titisan Messi dan baru saja resmi dibeli oleh Real Madrid.
Copa America 2019 bakal menjadi ajang pertunjukan kebolehan Kubo demi membuktikan ia memang pantas menyandang label sebagai Messi-nya Jepang. Remaja berusia 18 tahun itu juga tentu ingin membawa modal positif sebelum mulai berseragam Madrid musim depan.
Jepang yang kini ditangani Hajime Moriyasu juga mencari pelipur lara dari kekalahan mereka melawan Qatar di final Piala Asia 2019, dengan cara menorehkan prestasi lebih baik di penampilan kedua mereka sebagai tim undangan di Copa America.
Pada edisi 1999, Jepang tak mampu membukukan kemenangan dalam tiga pertandingan fase penyisihan dan berakhir sebagai juru kunci grup.
Baca juga: Profil Grup A, tantangan sekaligus kesempatan tuan rumah tanpa Neymar
Baca juga: Profil Grup B, Messi dan upaya Argentina mengakhiri nirprestasi
Berikut daftar skuat tim penghuni Grup C:
Chile: Gabriel Arias, Brayan Cortes, Yerko Urra; Igor Lichnovsky, Guillermo Maripan, Mauricio Isla, Paulo Diaz, Jean Beausejour, Gary Medel (kapten), Gonzalo Jara, Oscar Opazo; Jose Pedro Fuenzalida, Arturo Vidal, Deigo Valdes, Erick Pulgar, Esteban Pavez, Pedro Pablo Hernandez, Charles Aranguiz; Alexis Sanchez, Nicolas Castillo, Eduardo Vargas, Junior Fernandes, Angelo Sagal
Pelatih: Reinaldo Rueda
Ekuador: Alexander Dominguez, Pedro Ortiz, Maximo Banguera; Arturo Mina, Robert Arboleda, Pedro Pablo Velasco, Cristian Ramirez, Xavier Arreaga, Jose Quintero, Beder Caicedo; Renato Ibarra, Romario Ibarra, Carlos Gruezo, Ayrton Preciado, Jefferson Intriago, Antonio Valencia (kapten), Jefferson Orejuela, Andres Chicaiza, Jhegson Mendez; Carlos Garces, Angel Mena, Enner Valencia
Pelatih: Hernan Dario Gomez
Jepang: Eiji Kawashima, Ryosuke Kojima, Keisuke Osako; Daiki Sugioka, Ko Itakura, Naomichi Uefa, Teruki Hara, Daiki Suga, Takehiro Tomiyasu, Tomoki Iwata, Yugo Tatsuta; Yuta Nakayama, Kota Watanabe, Gaku Shibasaki, Tatsuya Ito, Shoya Nakajima, Koji Miyoshi, Taishi Matsumoto, Hiroki Abe, Takefusa Kubo; Daizen Maeda, Ayase Ueda, Shinji Okazaki (kapten)
Pelatih: Hajime Moriyasu
Uruguay: Fernando Muslera, Martin Campana, Martin Silva; Jose Gimenez, Diego Godin (kapten), Giovanni Gonzalez, Marcelo Sarrachi, Diego Laxalt, Sebastian Coates, Martin Caceres; Matias Vecino, Rodrigo Bentancur, Nicolas Lodeiro, Nahitan Nandez, Giorgian de Arrascaeta, Lucas Torreira, Federico Valverde, Gaston Pereiro; Luis Suarez, Cristhian Stuani, Maxi Gomez, Jonathan Rodriguez, Edinson Cavani
Pelatih: Oscar Tabarez
Jadwal pertandingan Grup C (dalam WIB):
Senin (17/6) Uruguay vs Ekuador
Selasa (18/6) Jepang vs Chile
Jumat (21/6) Uruguay vs Jepang
Sabtu (22/6) Ekuador vs Chile
Selasa (25/6) Chile vs Uruguay
Selasa (25/6) Ekuador vs Jepang
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019