Jakarta (ANTARA) - Gempa tektonik yang terjadi di wilayah Mentawai, sekitar 135 km arah barat daya Kota Mukomuko, Provinsi Bengkulu, pada Selasa pukul 05.48 WIB dipicu oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia menurut pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Gempa ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan persnya.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik," ia menambahkan.
BMKG semula menyatakan gempa yang terjadi di barat daya Mukomuko bermagnitudo 6,0 dan pusatnya berada di laut pada kedalaman 10 km di koordinat 3,17 Lintang Selatan dan 100,18 Bujur Timur, 123 km barat daya Mukomuko.
Namun BMKG kemudian menyampaikan pemutakhiran, menyatakan bahwa gempa tersebut bermagnitudo 5,9 dan epesinternya berada pada kedalaman 21 km di 3,23 Lintang Selatan dan 100,11 Bujur Timur, 135 km arah barat daya Mukomuko.
Menurut BMKG, guncangan akibat gempa bumi tersebut dirasakan pada skala III-IV MMI di Mukomuko; pada skala II-III MMI di Bengkulu Utara, Padang, dan Pariaman; serta pada skala II MMI di Kepahiang, Kota Bengkulu, dan Curup.
Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI getaran dirasakan nyata di dalam rumah, seakan ada truk yang berlalu. Getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah dan menyebabkan pintu dan jendela berderik.
Hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi di barat daya Mukomuko.
Bambang mengatakan bahwa berdasarkan pemodelan gempa yang terjadi di barat daya Mukomuko tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
BMKG mencatat setelah gempa pertama hingga pukul 06.30 WIB terjadi dua aktivitas gempa susulan dengan magnitudo 5,4 dan 3,6.
Bambang mengimbau warga di daerah sekitar pusat gempa menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta memeriksa bangunan tempat tinggal untuk memastikan tidak ada kerusakan yang bisa membahayakan kestabilan bangunan.