Jayapura (ANTARA) - Kecintaan Stanley Tija kepada dunia game membuat dia akhirnya menekuni pekerjaan sebagai wasit esport.
Pria berusia 38 tahun itu awalnya adalah seorang pemain profesional pada awal tahun 2000-an. Dia bahkan sempat turun dalam World Cyber Game, ketika Indonesia mengikuti ajang internasional untuk pertama kalinya.
Pada saat itu, menurut Stanley, profesi sebagai pemain esport tidak semenjanjikan seperti saat ini. Semua turnamen yang dia ikuti dibiayai secara pribadi.
Lelah menjadi pemain profesional, tawaran menjadi wasit esport datang pada 2016 ketika Federasi Esport Internasional (IESF) mencari wasit untuk esport secara resmi.
Kembali pada saat itu, Stanley bercerita perekrutan melibatkan sekira 25 negara, termasuk negara-negara Eropa. Dari situ hanya 10 orang yang tersaring dan diterima menjadi wasit resmi untuk turnamen internasional.
"Setelah video call, setelah tes lisan tulisan juga, kirim biografi, kasih contoh study case, setelah penilaian itu dua minggu kemudian baru dihubungi. Nah, saya salah satunya dari 10 orang itu," ujar Stanley kepada Antara di arena Hoki dan Kriket di Doyo Baru, Jayapura, yang menjadi tempat bertanding ekshibisi esport PON XX Papua.
"Satu-satunya wasit di Indonesia sertifikat IESF itu baru saya," dia melanjutkan.
Stenly akhirnya mengantongi predikat sebagai wasit internasional. Namun sertifikasi tersebut hanya berlaku satu tahun. Meski begitu, Stanley masih masih seringkali diminta untuk memimpin jalannya pertandingan.
Pada 2018 misalnya, dalam ekshibisi esport di Asian Games Jakarta, Stanley turut menjadi wasit. Begitu pula saat SEA Games 2019 Manila, dia juga diminta untuk menjadi wasit oleh Komite Olimpiade Filipina.
Memimpin pertandingan
Stanley menjelaskan saat memimpin pertandingan, wasit esport. yang ditempatkan di arena pertandingan secara langsung, biasanya harus standby mengantisipasi bila ada masalah teknis,
"Entah itu handphone tiba-tiba mati, atau kalau PC itu biasanya equipmentnya enggak berjalan, dan misalkan ada yang berbuat curang," kata Stanley.
Layaknya wasit pada olahraga lainnya, ketika terjadi pelanggaran, wasit esport juga memberikan peringatan pertama jika terjadi pelanggaran ringan, peringatan kedua saat terjadi pelanggaran cukup berat, dan peringatan ketiga yang setara dengan kartu merah jika terjadi pelanggaran berat.
Dalam game Mobile Legends, misalnya, ada hero yang tidak boleh dipakai, namun sengaja dipakai, wasit dapat memberikan peringatan mengenai hal itu. "Atau ada kata mengumpat biasanya kita kasih peringatan," ujar Stanley.
Sepanjang kariernya menjadi wasit, babak kualifikasi PON Papua menjadi salah satu momen yang tak terlupakan bagi Stanley.
"Ada yang anaknya kalah main, salah di pertandingan kita tegur, ibunya telpon," ujar Stanley, dia kemudian menjelaskan bahwa hal itu sudah menjadi keputusan multak.
Selain memimpin jalannya pertandingan, wasit esport, menurut Stanley, harus memiliki kemampuan memberi penyampaian dengan baik.
Profesi wasit esport
Pengalaman terlibat dalam sebuah event pertandingan esport, menurut Stanley, merupakan salah satu kriteria seseorang untuk dapat menjadi seorang wasit.
Jadi, tidak melulu harus memiliki latar belakang sebagai pemain profesional, kata Stanley. Jika dia berkecimpung di dunia esport, termasuk terlibat dalam operasional turnamen atau "kalau dia dari EO pernah jadi admin bantu-bantu, mungkin bisa (menjadi wasit)," kata Stanley.
Saat ini, Stanley juga terlibat dalam komite wasit dan bertindak sebagai instruktur. Dia juga aktif di dalam organisasi Pengurus Besar Esport Seluruh Indonesia (PB ESI).
Pelatihan wasit, menurut dia sudah dilakukan sejak 2019, di mana satu provinsi telah memiliki satu wasit nasional.
"Nanti level wasit nasional ini akan kami seleksi lagi untuk masuk wasit internaional. Itu nanti ada TOEFL-nya, ada beberapa tes yang harus dilakukan baik lisan dan tulisan, l32l2ll3pmaupun dengan video call," ujar Stanley.
Seorang wasit esport juga tidak hanya terpaku pada satu game. Wasit yang sama bisa mengantongi lisensi untuk banyak game, dengan berpegang teguh pada aturan yang telah dimiliki pihak pengembang game.
Profesi sebagai wasit esport, menurut Stanley, semakin menjanjikan, melihat perkembangan dunia esport saat ini, terlebih esport telah dipertandingkan di sejumlah ajang multievent, termasuk untuk pertama kalinya di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
Indonesia bahkan telah mengantongi emas di ekshibisi esport Asian Games 2018 Jakarta dan membawa pulang perak di SEA Games 2019 Manila.
Animo terhadap olahraga esport di tanah air memang kian tinggi. Hal ini terlihat dari penyelenggaraan cabang olahraga ekshibisi esport Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang telah menarik 205.692 pendaftar dari seluruh Indonesia.
Wakil Ketua Umum/Ketua Harian Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), Komisaris Jenderal Pol. Bambang Sunarwibowo,mengatakan bahwa penyelenggaraan ekshibisi tersebut merupakan momen bersejarah bagi esport Indonesia.
"Saat ini esport telah berkembang sedemikian rupa dan bagi esport Indonesia saat ini menjadi momen bersejarah, khususnya bagi PB ESI untuk menyelenggarakan ekshibisi esport," ujar Bambang.
"Melalui platform Garudaku kita menerima 205.692 pendaftar, dari jumlah tersebut 49.905 adalah atlet dari 10.877 tim esport dari 34 provinsi," dia melanjutkan.
Sebanyak 188 atlet dari 48 tim yang berasal dari 25 provinsi berhasil lolos dari babak kualifikasi Pra-PON untuk berebut tahta terbaik di Papua.
Stanley Tija, wasit esport Indonesia berlisensi internasional
Minggu, 26 September 2021 10:44 WIB