Pemimpin adalah orang-orang yang diberikan amanah (kepercayaan) oleh rakyat, masyarakat serta pemerintah agar dapat diharapkan melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya sesuai dengan kedudukan dan jabatannya yang diembankannya.
Rasulullah SAW, pernah mengingatkan kita bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan dan pengabdi kelompok tersebut (Al-Hadits).
Oleh karena itu seorang pemimpin hendaklah melayani dan menolong orang yang dipimpin untuk mencapai kemajuan, kesejahteraan umat dan keselamatan serta kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Namun demikian, ternyata banyak pula pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya. Hal ini dapat kita lihat dalam sejarah kepemimpinan di dalam masyarakat dari masa ke masa. Banyak pemimpin yang dipaksa mundur atau terpaksa mundur dari jabatannya sebelum habis masanya kepemimpinannya.
Banyak pula pemimpin yang dibenci oleh yang rakyat sehingga mereka dijatuhkan dan diadili oleh rakyatnya sendiri, malah ada yang dipenjara, dibunuh dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan hal tersebut adalah, Pertama, pemimpin itu tidak menjalankan amanah. Mereka tidak menunaikan amanah yang telah diberikan karena mereka lupa akan hakikat kepentingan yang sesungguhnya, atau karena terpengaruh dengan kemewahan duniawi sampai melengahkan tugas-tugas kepemimpinannya.
Akibat lalai dan terpengaruh duniawi, amanah kepemimpinan tak dilaksanakan dan dijadikan kepemimpinan itu sebagai peluang untuk mencari keuntungan dan kekayaan duniawi, sikap dan perilaku seperti itulah yang kemudian melahirkan berbagai penyimpangan.
Dari penyimpangan itu timbul ketimpangan dan kesenjangan hidup di masyarakat akibat mengabaikan amanah dari masyarakat. Allah swt mengambarkan dalam Alquran : ''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menjalankan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil''…(Q.S. An-Nisa : 58).
Kemudian Rasulullah Saw mengingatkan kepada para pemimpin : ''Siapa saja yang dianugerahkan Allah sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan rakyatnya (malahan sebaliknya menipu dan menzalimi rakyatnya ), Allah mengharamkan surga untuknya''. (HR. Bukhari).
Oleh karena itu mari kita sadari bahwa menjadi pemimpin itu adalah amanah, dan amanah itu adalah titipan Allah berupa perintah untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk menjalankan keadilan, baik keadilan hukum, pendidikan, ekonomi maupun keadilan dalam pemerintahan. Kesejahteraan rakyat, kebenaran dan keadilan juga merupakan tuntutan rakyat yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada para pemimpinnya.
Kedua, Pemimpin yang mengabaikan kejujuran dan keadilan, Pemimpin yang tidak jujur dan tidak adil mereka menganggap nilai materi lebih tinggi dari pada nilai kejujuran, sehingga apabila mereka berhadapan dengan suatu yang mendatangkan materi atau keuntungan duniawi, kejujuran tidak ada harganya sama sekali.
Maka timbullah kedustaan dan kemunafikan serta kezaliman terhadap rakyat. Pemimpin yang tidak jujur itu memang pandai, tetapi pandai menipu rakyat, mereka licin selicin belut, mereka licik selicik kancil, mereka pandai merangkai kata, seperti pujangga yang menari di atas kata-kata indah hingga rakyat terlena terutama ketika meyampaikan pesen-pesan dengan janji-janji indah yang selalu berkedok untuk kepentingan rakyat, bahkan kepentingan agama tapi sesungguhnya adalah orang yang pembohong (khazzab).
Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda : ''Sesudahku nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang berdusta dan berbuat zalim, siapa yang membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya, maka ia tidak termasuk golongan dari umatku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang ketelaga (yang ada di surga)''. (HR. Nasa'i ).
Kita memberikan respon yang positif apa dilakukan oleh pemimpin hari ini untuk kekentingan rakyak dan bukan hanya kepentingan golongan nya saja., ini yang kita harapkan kedepan sebagai pemimpin di Aceh sebagai pemimpin yang amanah, fathanah dan jujur dalam kepemimpinannya.
Oleh karena itu perlu kita sadari bahwa kejujuran itu sesungguhnya amat tinggi harganya dihadapan Allah. Kejujuran juga amat besar nilainya dimata masyarakat. Maka itulah kejujuran merupakan tolok ukur kepercayaan masyarakat, merupakan cermin keluhuran dan kemuliaan di dunia dan diakhirat. Dalam hal inin Allah swt menjelaskan dalam Alquran : ''Hai orang-orang yang beriman, bertawakkallah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur''. (Q.S. At-Taubah: 119).
Ketiga, pemimpin yang berakhlak mazmumah (buruk) dan kemunafikan. Bila suatu umat dan organisasi dipimpin oleh orang-orang yang berakhlak buruk tidak bermoral dan kepribadiannya yang jauh dari nilai-nilai agama serta akhlak yang mulia, maka bisa dipastikan umat atau rakyat itu akan mengalami penderitaan dan kesengsaraan.
Pemimpin seperti ini akan bertindak sewenang-wenang sehingga rakyatnya tidak mendapatkan keadilan dan hak-haknya, yang mereka rasakan adalah kesengsaraan, ketakutan, keresahan dan lainnya. Hal ini membuat umat tersebut hidup dalam penderitaan dan kekecewaan.
Pemimpin seperti ini harus diwaspadai oleh umat Islam dan harus dihindari. Dalam hal ini Allah Swt berfirman : ''Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras (munafiq)'' (Q.S. Al-Baqarah: 204).
Keempat, pemimpin yang tidak kapabel dan kredibel , yaitu pemimpin yang kurang cakap (Fathanah), cerdik, dan tidak memiliki kesanggupan dalam memimpin serta tidak memiliki visi dan misi kedepan. Dalam Islam disebut sebagai orang yang tidak fathanah.
Tugas kepemimpinan di masyarakat sungguh berat, apalagi jika kepemimpinan itu ada berbagai persoalan yang dihadapi secara komplek. Karena itu kepemimpinan sangat menuntut seseorang pemimpin yang fathanah (cerdik), yakni cakap, pandai, cerdas, punya kesanggupan dan memiliki visi jauh kedepan.
Pemimpin yang fathanah itulah yang akan mampu memimpin dan membangun masyarakatnya, atau dimanapun ia memimpinnya dalam hal ini Allah swt berfirman : ''Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan (mauidhah) pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…'' (Q.S. An-Nahl: 125).
Maka dari itu mari kita bangun dan memberikan dorongan kepada pemimipin selalu menjalakan amanah serta Fathanah (yang Intelek) serta peduli terhadap masyarakatnya yang miskin dan susah dalam kepemimpinannya., semoga. Amin.
Rasulullah SAW, pernah mengingatkan kita bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan dan pengabdi kelompok tersebut (Al-Hadits).
Oleh karena itu seorang pemimpin hendaklah melayani dan menolong orang yang dipimpin untuk mencapai kemajuan, kesejahteraan umat dan keselamatan serta kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Namun demikian, ternyata banyak pula pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya. Hal ini dapat kita lihat dalam sejarah kepemimpinan di dalam masyarakat dari masa ke masa. Banyak pemimpin yang dipaksa mundur atau terpaksa mundur dari jabatannya sebelum habis masanya kepemimpinannya.
Banyak pula pemimpin yang dibenci oleh yang rakyat sehingga mereka dijatuhkan dan diadili oleh rakyatnya sendiri, malah ada yang dipenjara, dibunuh dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan hal tersebut adalah, Pertama, pemimpin itu tidak menjalankan amanah. Mereka tidak menunaikan amanah yang telah diberikan karena mereka lupa akan hakikat kepentingan yang sesungguhnya, atau karena terpengaruh dengan kemewahan duniawi sampai melengahkan tugas-tugas kepemimpinannya.
Akibat lalai dan terpengaruh duniawi, amanah kepemimpinan tak dilaksanakan dan dijadikan kepemimpinan itu sebagai peluang untuk mencari keuntungan dan kekayaan duniawi, sikap dan perilaku seperti itulah yang kemudian melahirkan berbagai penyimpangan.
Dari penyimpangan itu timbul ketimpangan dan kesenjangan hidup di masyarakat akibat mengabaikan amanah dari masyarakat. Allah swt mengambarkan dalam Alquran : ''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menjalankan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil''…(Q.S. An-Nisa : 58).
Kemudian Rasulullah Saw mengingatkan kepada para pemimpin : ''Siapa saja yang dianugerahkan Allah sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan rakyatnya (malahan sebaliknya menipu dan menzalimi rakyatnya ), Allah mengharamkan surga untuknya''. (HR. Bukhari).
Oleh karena itu mari kita sadari bahwa menjadi pemimpin itu adalah amanah, dan amanah itu adalah titipan Allah berupa perintah untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk menjalankan keadilan, baik keadilan hukum, pendidikan, ekonomi maupun keadilan dalam pemerintahan. Kesejahteraan rakyat, kebenaran dan keadilan juga merupakan tuntutan rakyat yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada para pemimpinnya.
Kedua, Pemimpin yang mengabaikan kejujuran dan keadilan, Pemimpin yang tidak jujur dan tidak adil mereka menganggap nilai materi lebih tinggi dari pada nilai kejujuran, sehingga apabila mereka berhadapan dengan suatu yang mendatangkan materi atau keuntungan duniawi, kejujuran tidak ada harganya sama sekali.
Maka timbullah kedustaan dan kemunafikan serta kezaliman terhadap rakyat. Pemimpin yang tidak jujur itu memang pandai, tetapi pandai menipu rakyat, mereka licin selicin belut, mereka licik selicik kancil, mereka pandai merangkai kata, seperti pujangga yang menari di atas kata-kata indah hingga rakyat terlena terutama ketika meyampaikan pesen-pesan dengan janji-janji indah yang selalu berkedok untuk kepentingan rakyat, bahkan kepentingan agama tapi sesungguhnya adalah orang yang pembohong (khazzab).
Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda : ''Sesudahku nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang berdusta dan berbuat zalim, siapa yang membenarkan kedustaannya dan membantu kezalimannya, maka ia tidak termasuk golongan dari umatku dan aku juga tidak termasuk darinya dan ia tidak akan datang ketelaga (yang ada di surga)''. (HR. Nasa'i ).
Kita memberikan respon yang positif apa dilakukan oleh pemimpin hari ini untuk kekentingan rakyak dan bukan hanya kepentingan golongan nya saja., ini yang kita harapkan kedepan sebagai pemimpin di Aceh sebagai pemimpin yang amanah, fathanah dan jujur dalam kepemimpinannya.
Oleh karena itu perlu kita sadari bahwa kejujuran itu sesungguhnya amat tinggi harganya dihadapan Allah. Kejujuran juga amat besar nilainya dimata masyarakat. Maka itulah kejujuran merupakan tolok ukur kepercayaan masyarakat, merupakan cermin keluhuran dan kemuliaan di dunia dan diakhirat. Dalam hal inin Allah swt menjelaskan dalam Alquran : ''Hai orang-orang yang beriman, bertawakkallah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur''. (Q.S. At-Taubah: 119).
Ketiga, pemimpin yang berakhlak mazmumah (buruk) dan kemunafikan. Bila suatu umat dan organisasi dipimpin oleh orang-orang yang berakhlak buruk tidak bermoral dan kepribadiannya yang jauh dari nilai-nilai agama serta akhlak yang mulia, maka bisa dipastikan umat atau rakyat itu akan mengalami penderitaan dan kesengsaraan.
Pemimpin seperti ini akan bertindak sewenang-wenang sehingga rakyatnya tidak mendapatkan keadilan dan hak-haknya, yang mereka rasakan adalah kesengsaraan, ketakutan, keresahan dan lainnya. Hal ini membuat umat tersebut hidup dalam penderitaan dan kekecewaan.
Pemimpin seperti ini harus diwaspadai oleh umat Islam dan harus dihindari. Dalam hal ini Allah Swt berfirman : ''Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras (munafiq)'' (Q.S. Al-Baqarah: 204).
Keempat, pemimpin yang tidak kapabel dan kredibel , yaitu pemimpin yang kurang cakap (Fathanah), cerdik, dan tidak memiliki kesanggupan dalam memimpin serta tidak memiliki visi dan misi kedepan. Dalam Islam disebut sebagai orang yang tidak fathanah.
Tugas kepemimpinan di masyarakat sungguh berat, apalagi jika kepemimpinan itu ada berbagai persoalan yang dihadapi secara komplek. Karena itu kepemimpinan sangat menuntut seseorang pemimpin yang fathanah (cerdik), yakni cakap, pandai, cerdas, punya kesanggupan dan memiliki visi jauh kedepan.
Pemimpin yang fathanah itulah yang akan mampu memimpin dan membangun masyarakatnya, atau dimanapun ia memimpinnya dalam hal ini Allah swt berfirman : ''Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan (mauidhah) pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…'' (Q.S. An-Nahl: 125).
Maka dari itu mari kita bangun dan memberikan dorongan kepada pemimipin selalu menjalakan amanah serta Fathanah (yang Intelek) serta peduli terhadap masyarakatnya yang miskin dan susah dalam kepemimpinannya., semoga. Amin.