Jakarta (ANTARA) - Masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya alias stunting, bisa dialami oleh semua anak dari berbagai level ekonomi.
"Stunting bisa dialami oleh semua anak dari berbagai level ekonomi, jadi penyebab masih tingginya angka stunting di Indonesia sangat kompleks," ujar dokter spesialis anak dengan keahlian khusus di bidang endokrinologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. dr Aman Bhakti Pulungan, PhD, SpA(K), dalam keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Aman Pulungan mengatakan banyak orangtua tidak menyadari bahwa pemeriksaan kesehatan secara dini untuk anak dapat membantu mencegah stunting, dan penyakit-penyakit lainnya, termasuk diabetes yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak usia dini.
Baca juga: Aceh jadikan hari gizi nasional sebagai momentum turunkan stunting
Stunting, dikatakan Aman, tidak hanya mengenai permasalahan tinggi badan, namun juga bisa memengaruhi perkembangan fisik dan kognitif yang tidak optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit.
Salah satu pendiri Klinik AP&AP Pediatric Growth and Diabetes Center ini memaparkan data dari tahun 2022, bahwa prevalensi stunting di Sumatera Utara termasuk Medan ini tergolong tinggi sebesar 21,1 persen. Kondisi ini kemudian mendorong Klinik AP&AP Pediatric Growth and Diabetes Center melebarkan sayapnya dengan membuka cabang di kota Medan untuk membantu masyarakat Medan dan sekitarnya guna meningkatkan kualitas kesehatan, terutama kesehatan anak.
“Seorang anak memiliki hak untuk dapat tumbuh kembang agar mendapatkan tinggi dan kemampuan yang optimal sehingga saya percaya bahwa ini merupakan visi misi klinik AP&AP untuk dapat mewujudkannya," kata Aman Pulungan.
Baca juga: Turunkan angka stunting, Pemkab Abdya bagikan tablet tambah darah pada remaja putri