Persaingan di lautan ini bisa sama sengitnya dengan persaingan di Pasifik, khususnya Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Menurut laman The Economist, angkatan laut Amerika Serikat, Australia, Inggris, Prancis, India, Jepang, dan bahkan Singapura aktif berpatroli di Samudera Hindia.
Sebaliknya, China bersama Iran yang bertepi Samudera Hindia, menggelar latihan bersama yang juga diikuti Rusia. Baik Rusia maupun China tidak berbatasan dengan Samudera Hindia.
Di bagian barat samudera ini, Australia menggandeng Amerika Serikat dan Inggris untuk membentuk pakta pertahanan AUKUS, yang salah satu tujuannya membangun pangkalan kapal selam bertenaga nuklir di Western Australia, negara bagian Australia yang bertepi Samudera Hindia.
Jepang yang bersengketa dengan Rusia dan China di sejumlah pulau di Pasifik, juga aktif bermain di Samudera Hindia, dengan salah satunya menjanjikan investasi senilai 75 miliar Dolar AS (Rp1.113 triliun) untuk India dan negara-negara Indo-Pasifik.
India sendiri mengkhawatirkan gerak gerik China di Samudera Hindia yang ditengarai membangun instalasi radar di Sri Lanka dan pos pengintaian di Kepulauan Coco di Myanmar.
Baik Sri Lanka maupun Myanmar berada di Teluk Benggala dan Laut Andaman yang bagian selatannya berbatasan dengan daerah paling barat Indonesia di Sabang, Aceh.
India, Australia, Jepang dan Amerika Serikat, membentuk Dialog Keamanan Quadrilateral pada 2007, tetapi tak aktif sampai pada 2017 dihidupkan lagi oleh para pemimpin keempat negara, termasuk PM India Narendra Modi dan Donald Trump yang waktu itu presiden Amerika Serikat.
China sendiri memiliki alasan yang masuk akal untuk terlibat jauh di Samudera Hindia, yakni bentangan kepentingan ekonominya yang sudah sedemikian luas, di mana Samudera Hindia menjadi jalur utama untuk pengapalan minyak Timur Tengah ke China yang mengambil porsi empat per lima dari total kebutuhan minyak China.
China juga aktif di Samudera Hindia karena pengaruh besarnya di Afrika, termasuk negara-negara pesisir timur Afrika yang dibatasi Samudera Hindia.
Samudera Hindia juga perairan vital karena menjadi rute perdagangan dari dan ke Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur, yang semuanya episentrum ekonomi global kontemporer.