Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Sabang, Provinsi Aceh mengajak masyarakat dan tokoh lintas agama di pulau paling barat Indonesia itu untuk terus merawat toleransi dan kerukunan umat beragama yang selama ini sudah berjalan dengan baik di daerah itu.
Kepala Kantor Kemenag Kota Sabang Mukhlis, Rabu, di Kota Sabang mengatakan bahwa Sabang merupakan miniatur Indonesia, dengan beraneka ragam suku dan etnis yang hidup berdampingan. Maka diharapkan para tokoh lintas agama dapat membantu pemerintah dalam merawat kerukunan antarumat beragama.
“Begitu juga dengan agama, ada Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, HIndu dan budha, dan hebatnya semua (hidup) damai dan harmonis," katanya saat rapat Tim Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Sabang di Kota Sabang.
Baca juga: Pj Bupati Aceh Tengah ajak seluruh komponen jaga kerukunan umat beragama
Ia mengharapkan agar kerukunan umat beragama di Pulau Weh Sabang itu terus tercipta dengan baik. Hal ini juga menjadi tugas bersama lintas unsur agar terus mengedukasi generasi masa depan di Sabang dalam merawat toleransi beragama.
"Jujur saya terkesima dengan cerita ibu Pendeta Darsi yang berkisah bagaimana pengorbanan keluarga angkatnya di Gampong Dapu Bata yang orang Aceh tulen dan islam, menjunjung tinggi nilai keberagaman, itu luar biasa sekali," katanya.
Sebab itu, menurut dia, pihaknya heran kenapa Kota Sabang masuk dalam jajaran kota yang tidak toleran seperti yang dipaparkan oleh Setara Institute pada awal tahun 2022 sehingga ini dinilai sebagai penyataan yang bertentangan dengan kenyataan di lapangan.
“Berdasarkan hasil penelitian (Setara Institute) tersebut kita (Sabang) berada di nomor tujuh dan ini sungguh paradoks dengan realitas di masyarakat," ujarnya.
Pada 2024, pihaknya juga akan menyusun kampanye keberagaman bagi anak-anak muda usia sekolah di Pulau Weh itu, baik melalui cedas cermat maupun kegiatan lainnya, dengan tujuan untuk mengedukasi tentang toleransi dan keberagaman umat beragama.
“Yang intinya gaung dari nilai keberagaman, toleransi, moderasi muncul di dunia nyata dan maya," demikian Mukhlis.
Baca juga: Desa Kain Golong, ditetapkan jadi kampung moderasi di Aceh Singkil