Jakarta (ANTARA) - Lantunan selawat Nabi tengah bergema di mana-mana, menandai perayaan hari Maulid Nabi sebagai manifestasi kecintaan umat pada kekasih Allah SWT.
Sejatinya, cinta Nabi bukan hanya tentang adu lantang suara selawatan, melainkan perlombaan adu bagus dalam meneladani akhlak dan menerapkan sunahnya. Menjalankan sunah, tidak pula untuk dipilih-pilih pada bagian yang dianggap mudah dan dirasa menguntungkan.
“Jatuh cinta tanpa pernah bertemu”, itulah keajaiban cinta yang umat miliki untuk sang Nabi.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno ingatkan pebisnis tentang etika bisnis Rasulullah SAW
Setiap tahun di Bulan Rabiul Awal, umat Islam di Tanah Air berbondong-bondong menyemarakkan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, bukan hanya dalam hitungan hari, di sejumlah daerah peringatan ultah Nabi, bahkan bisa berlangsung hingga tiga bulan. Panjangnya durasi perayaan ultah Nabi barangkali bisa disetarakan dengan betapa besarnya kecintaan umat pada rasul pamungkas itu.
Dan besarnya cinta itu, selayaknya dibarengi dengan pengamalan sunah dari sang idola. Jangan sampai, umat hanya hebat dalam mencinta, gemuruh dalam berselawat, tetapi pola laku dalam kehidupan tidak mencerminkan sebagai pengikut Muhammad Saw.