Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat penderita HIV/AIDS di ibu kota provinsi Aceh itu sudah mencapai 441 kasus, terhitung sejak 2008 hingga Mei 2024 ini.
"Dari 2008 hingga Mei 2024 di Banda Aceh mencapai 336 kasus untuk HIV dan AIDS mencapai 105 kasus, totalnya 441 kasus," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banda Aceh, Supriyadi, di Banda Aceh, Selasa.
Untuk kasus terbaru dalam dua tahun terakhir, kata dia, terdapat 140 penderita HIV/AIDS pada 2023. Kemudian, terhitung sejak Januari hingga Mei 2024 terjadi penambahan sebanyak 68 orang.
Disebutkan, penderita HIV/AIDS tersebut sebagian besar adalah orang luar yang berdomisili di Banda Aceh yang bersosialisasi dan berinteraksi dalam wilayah Kota Banda Aceh.
"Termasuk juga mengakses layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang ada di Kota Banda Aceh," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Supriyadi menjelaskan, terdapat empat jenis populasi yang berisiko tertular virus HIV yaitu LSL (laki-laki sex laki), waria, wanita/pria pekerja sex, dan pengguna narkotika suntik.
"Peningkatan kasus HIV di Banda Aceh terjadi seiring meningkatnya populasi kunci laki-laki seks dengan laki-laki," katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh media sosial yang menampilkan seorang laki-laki berpakaian perempuan, dan sudah dianggap kewajaran meskipun hanya untuk konten.
Tetapi, hal tersebut dapat mempengaruhi anak-anak remaja untuk menirunya demi mendapatkan follower yang banyak. Kondisi ini berisiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak.
"Beresiko terhadap perkembangan psikologis anak yang akan berpersepsi bahwa laki-laki meniru perempuan adalah hal wajar. Awalnya hanya coba-coba, kemudian akan ikut pada komunitas populasi kunci yang beresiko seperti LSL,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, dalam upaya menangani kasus HIV/AIDS ini, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah penanganan seperti penyuluhan dan pemeriksaan pada remaja sekolah serta mahasiswa.
"Selain itu, kita juga melakukan pemetaan dan pendekatan pada komunitas populasi kunci yang ada di Kota Banda Aceh," demikian Supriyadi.
Baca juga: PMI Banda Aceh: Darah yang kami distribusikan bebas HIV