Meulaboh (ANTARA) - Kalangan pelaku usaha produksi crude palm oil (CPO) dari sumber kelapa sawit di Aceh memastikan tidak terpengaruh dengan embargo Uni Eropa yang menolak membeli minyak kelapa sawit dari Indonesia.
Buktinya, hingga saat ini produksi minyak kelapa sawit masih terus dilakukan untuk memenuhi pangsa pasar di dalam negeri maupun kebutuhan luar negeri.
"Terkait embargo tidak ada pengaruh sama sekali, kita sudah punya pasar sendiri," kata Administratur PT Karya Tanah Subuh (KTS) Aceh Barat, Maratuah Nasution kepada Antara, Rabu (3/4).
Menurutnya, semua hasil produksi CPO yang diolah dari kelapa sawit milik petani yang tersebar di beberapa kabupaten di wilayah pantai barat selatan Aceh tersebut, selama ini dibawa ke Belawan, Sumatera Utara guna dijual ke sejumlah perusahaan.
Meski ditolak oleh Uni Eropa, Maratuah Nasution mengaku sebagian besar CPO dari Indonesia yang dijual ke luar negeri selama ini masih diterima di negara seperti India maupun Tiongkok (RRC).
Hal ini juga tidak terlepas dari peran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang selama ini terus memperjuangkan agar CPO produksi Indonesia dapat dijual di pasar internasional, katanya.
Ia merincikan, produksi CPO di perusahaan yang ia pimpin tersebut selama ini mencapai 210 ton per hari atau per bulannya mencapai 6.300 ton CPO. Sebagian besar CPO yang diolah tersebut berasal dari milik kebun yang ditanami oleh petani, tuturnya.
Embargo Uni Eropa tak pengaruhi produksi CPO di Aceh
Rabu, 3 April 2019 20:56 WIB