Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang mengaku telah mengusulkan penambahan dua unit truk jungkit pengangkut sampah akibat volume barang atau benda yang dibuang di wilayah setempat diperkirakan terus meningkat di tahun 2020.
"Kalau saat ini dump truk-nya (truk jungkit) ada empat, sementara jumlah itu sekarang jauh sekali dari kata cukup. Ini kita usulkan di 2020 ada dua unit truk," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang, Sayed Mahdi di Kualasimpang, Rabu.
Ia mengaku, idealnya kabupaten yang terletak di perbatasan Aceh-Sumatera Utara memiliki tambahan lima unit truk jungkit, mengingat volume sampah yang dihasilkan setiap hari dari 12 kecamatan sekitar 30 ton.
Selama ini sejak Aceh Tamiang terbentuk setelah dimekarkan dari kabupaten induk Aceh Timur tahun 2012, puluhan ton sampah belum dipisah diangkut menggunakan empat unit truk jungkit ke tempat pembuangan akhir di Kampung (Desa) Durian, Kecamatan Rantau.
"Ada tiga unit truk dari Aceh Timur selama 17 tahun kita pakai, dan satu unit bersumber dari APBN 2015. Mayoritas truk sampah yang merupakan peninggalan dalam kondisi memprihatinkan, karena hampir setiap hari rusak," terang dia.
"Terkadang dalam satu hari, bisa dua kali rusak. Maklum saja, karena usianya sudah tua dan peninggalan Aceh Timur," jelasnya.
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang pernah mengajukan usulan kepada Pemerintah Aceh untuk penambahan lima unit truk jungkit pada tahun ini
"Kalau ke (pemerintah) provinsi, sudah kita usulkan lima unit. Akan tetapi dihilangkan lagi kemarin," kata Sayed.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil mendukung penuh gerakan aksi peduli sampah dengan menerima 15 komunitas peduli sampah setempat.
Ia menegaskan, bahwa urusan pelestarian lingkungan bukan masalah kecil, karena menyangkut masa depan generasi di masa yang akan datang.
Ia menyebut, sebagai makhluk hidup semua harus bisa menjaga agar tempat yang dihuni tetap lestari. Namun, lanjut dia seorang anak manusia itu sendiri yang menjadi penyebab segala kerusakan, sehingga mengakibatkan bencana polusi dan efek pencemaran lingkungan.
"Tentunya baik disadari atau tidak, sangat merugikan kita sendiri. Karena kenyamanan lingkungan hidup justru dirusak oleh kita sendiri. Plastik dan bahan-bahan sisa industri menjadi permasalahan pokok, dan sumber pencemaran lingkungan," terangnya.
"Ini membutuhkan komitmen kita bersama yang dimulai dari sendiri dengan mengubah pola hidup dalam mengonsumsi plastik rumah tangga," ungkap Mursil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kalau saat ini dump truk-nya (truk jungkit) ada empat, sementara jumlah itu sekarang jauh sekali dari kata cukup. Ini kita usulkan di 2020 ada dua unit truk," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang, Sayed Mahdi di Kualasimpang, Rabu.
Ia mengaku, idealnya kabupaten yang terletak di perbatasan Aceh-Sumatera Utara memiliki tambahan lima unit truk jungkit, mengingat volume sampah yang dihasilkan setiap hari dari 12 kecamatan sekitar 30 ton.
Selama ini sejak Aceh Tamiang terbentuk setelah dimekarkan dari kabupaten induk Aceh Timur tahun 2012, puluhan ton sampah belum dipisah diangkut menggunakan empat unit truk jungkit ke tempat pembuangan akhir di Kampung (Desa) Durian, Kecamatan Rantau.
"Ada tiga unit truk dari Aceh Timur selama 17 tahun kita pakai, dan satu unit bersumber dari APBN 2015. Mayoritas truk sampah yang merupakan peninggalan dalam kondisi memprihatinkan, karena hampir setiap hari rusak," terang dia.
"Terkadang dalam satu hari, bisa dua kali rusak. Maklum saja, karena usianya sudah tua dan peninggalan Aceh Timur," jelasnya.
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang pernah mengajukan usulan kepada Pemerintah Aceh untuk penambahan lima unit truk jungkit pada tahun ini
"Kalau ke (pemerintah) provinsi, sudah kita usulkan lima unit. Akan tetapi dihilangkan lagi kemarin," kata Sayed.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil mendukung penuh gerakan aksi peduli sampah dengan menerima 15 komunitas peduli sampah setempat.
Ia menegaskan, bahwa urusan pelestarian lingkungan bukan masalah kecil, karena menyangkut masa depan generasi di masa yang akan datang.
Ia menyebut, sebagai makhluk hidup semua harus bisa menjaga agar tempat yang dihuni tetap lestari. Namun, lanjut dia seorang anak manusia itu sendiri yang menjadi penyebab segala kerusakan, sehingga mengakibatkan bencana polusi dan efek pencemaran lingkungan.
"Tentunya baik disadari atau tidak, sangat merugikan kita sendiri. Karena kenyamanan lingkungan hidup justru dirusak oleh kita sendiri. Plastik dan bahan-bahan sisa industri menjadi permasalahan pokok, dan sumber pencemaran lingkungan," terangnya.
"Ini membutuhkan komitmen kita bersama yang dimulai dari sendiri dengan mengubah pola hidup dalam mengonsumsi plastik rumah tangga," ungkap Mursil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019