Kualasimpang, Aceh (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang mengklaim mengangkut sekitar 30 ton sampah baik organik maupun anorganik menggunakan empat unit truk setiap hari di kabupaten berjuluk "Negeri Raja Muda Sedia".
"Sampah-sampah yang berasal dari wilayah kabupaten setempat terdiri 12 kecamatan tersebut, setiap hari dikumpulkan petugas kebersihan yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kampung (Desa) Durian, Kecamatan Rantau," terang Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang, Sayed Mahdi di Kualasimpang, Selasa.
Ia mengaku, TPA di Kampung Durian berdiri di lahan seluas lima hektare yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, seperti kolam instalasi pengolahan limbah, rumah pengelola, sumur monitoring, akses jalan, dan saluran drainase.
"Di TPA inilah, sampah-sampah tersebut baru dipisah antara organik dan anorganik oleh pemulung. Biasanya untuk sampah anorganik dipisahkan oleh 30 pemulung yang mencari nafkah di TPA Kampung Durian," jelasnya.
Ia mengaku, pihaknya terus mendorong agar membudidayakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui proses 3R, yakni reduce atau mengurangi, reuse atau kembali, dan recylce atau mendaur ulang sesuai amanah dalam Undang-undang No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah.
"Kalau di sini yang banyak sampahnya dari Karang Baru, dan Kota Kualasimpang. Tapi ada juga masuk (sampah) dari Manyak Payed, Kejuruan Muda, Rantau yang masuk ke TPA kita di sini," ujar Sayed.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil ketika membuka gerakan "Aksi Peduli Sampah" dan menerima 15 komunitas peduli sampah menegaskan, bahwa urusan pelestarian lingkungan bukan masalah kecil, karena menyangkut masa depan generasi dimasa yang akan datang.
Ia menyebut, sebagai makhluk hidup semua harus bisa menjaga agar tempat yang dihuni tetap lestari. Namun, lanjut dia seorang anak manusia itu sendiri yang menjadi penyebab segala kerusakan, sehingga mengakibatkan bencana polusi dan efek pencemaran lingkungan.
"Tentunya baik disadari atau tidak, sangat merugikan kita sendiri. Karena kenyamanan lingkungan hidup justru dirusak oleh kita sendiri. Plastik dan bahan-bahan sisa industri menjadi permasalahan pokok, dan sumber pencemaran lingkungan," terangnya.
"Ini membutuhkan komitmen kita bersama yang dimulai dari sendiri dengan mengubah pola hidup dalam mengonsumsi plastik rumah tangga," ungkap Mursil.