Pemerintah Aceh menggelar rapat membahas penanganan kekeringan lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar yang mengakibatkan tanaman padi terancam gagal panen atau puso.

“Rapat yang kita digelar ini untuk memetakan langkah dalam menghadapi kekeringan yang melanda areal persawahan di Kabupaten Aceh Besar,” kata Asisten II Setda Aceh, T Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.

Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela memimpin rapat terkait kekeringan di Aceh Besar yang dihadiri Dinas Pengairan Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh serta Bappeda.

Ia menyebutkan kekeringan tersebut berdampak terhadap persawahan milik masyarakat di Aceh Besar seluas 1.593 hektare.

“Jika luas area sawah yang mengalami gagal panen tersebut dikalikan produktivitas tanaman 5 ton per hektare, lalu dikalikan harga gabah Rp5.000 per kilogram, maka kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp40 miliar,” katanya.

Menurut dia, dalam mengatasi persoalan tersebut perlu dukungan semua pihak untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap kondisi tersebut mengingat tren kekeringan terus meningkat, terutama di Aceh Besar.

Ia mengatakan ada dua solusi untuk menangani kekeringan area persawahan yakni menggunakan pompanisasi dan membangun sumur bor atau sumur dangkal.

Ia menambahkan untuk memastikan solusi apa yang akan ditempuh, diperlukan langkah penelitian langsung ke lapangan guna melihat kondisi persawahan.

“Pengecekan ke lapangan akan dilakukan pada Kamis mendatang dengan lokasi yang akan dikunjungi adalah kawasan Seulimum dan Kuta Cot Glie. Tolong lihat pola apa yang paling cocok, apakah sumor bor, atau pompanisasi," kata Ahmad Dadek.

Pewarta: M Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020