Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) yang terletak di Desa Kuta Bakdrien, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kondisinya sangat memperhatinkan, sehingga membutuhkan perhatian pemerintah.
“Sekolah ini dibangun pada tahun 2011 dan pembangunan sekolah ini dimulai dengan swadaya masyarakat,” kata Kepala MIS Kuta Bakdrien, Kecamatan Tangan-Tangan, Tgk Nyak Umar saat dihubungi di Blangpidie, Sabtu.
Baca juga: Dandim Nagan Raya bantu murid SD terpencil
Nyak Umar menjelaskan bangunan madrasah yang menampung 55 siswa-siswi saat ini hanya memiliki dua lokal permanen yang disekat-sekat menjadi empat ruangan siswa belajar dan ditambah satu lagi bangunan darurat.
Adapun gedung permanen yang memiliki dua lokal tersebut merupakan hasil perjuangan Wakil Bupati Abdya tepatnya semasa Muslizar menjadi anggota DPRK Abdya periode 2009-2014.
Baca juga: Dandim bantu tenaga pengajar di sekolah terpencil Nagan Raya
Sedangkan bangunan madrasah darurat itu dibangun secara swadaya oleh masyarakat Desa Kuta Bakdrien. Mereka mengumpulkan dana secara patungan membeli material bangunan agar anak-anak mereka bisa bersekolah.
Gedung sekolah darurat yang dibangun swadaya itu terbuat dari material kayu, beratap seng, namun belum memiliki dinding penutup, sehingga ketika angin kencang dan hujan melanda proses belajar mengajar menjadi terganggu.
Baca juga: Pertamina bangun RKB sekolah di daerah terpencil
“Ketika musim hujan turun air hujan masuk ke ruangan gedung sekolah darurat itu, karena dinding yang terbuat dari triplek itu tidak seluruhnya menutupi bangunan, sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu,” katanya.
Disamping belum tersedianya fasilitas gedung yang memadai, lanjut Umar, MIS Kuta Bakdrien itu juga masih banyak kekurangan fasilitas lainnya, mulai dari belum memiliki pagar halaman hingga belum tersedianya ruang perpustakaan.
Sementara, minat masyarakat mengantarkan anak mereka untuk bersekolah di Madrasah Desa Kuta Bakdrien, Kecamatan Tangan-Tangan terus mengalami peningkatan setiap tahun, dan bahkan sekarang sudah mencapai 55 siswa.
“Kami masyarakat Desa Kuta Bakdrien ini sangat berharap Kementerian Agama memperhatikan madarasah ini, sehingga proses belajar mengajar terhadap anak kami tidak lagi terganggu saat turun hujan,” kata warga setempat Yusuf.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
“Sekolah ini dibangun pada tahun 2011 dan pembangunan sekolah ini dimulai dengan swadaya masyarakat,” kata Kepala MIS Kuta Bakdrien, Kecamatan Tangan-Tangan, Tgk Nyak Umar saat dihubungi di Blangpidie, Sabtu.
Baca juga: Dandim Nagan Raya bantu murid SD terpencil
Nyak Umar menjelaskan bangunan madrasah yang menampung 55 siswa-siswi saat ini hanya memiliki dua lokal permanen yang disekat-sekat menjadi empat ruangan siswa belajar dan ditambah satu lagi bangunan darurat.
Adapun gedung permanen yang memiliki dua lokal tersebut merupakan hasil perjuangan Wakil Bupati Abdya tepatnya semasa Muslizar menjadi anggota DPRK Abdya periode 2009-2014.
Baca juga: Dandim bantu tenaga pengajar di sekolah terpencil Nagan Raya
Sedangkan bangunan madrasah darurat itu dibangun secara swadaya oleh masyarakat Desa Kuta Bakdrien. Mereka mengumpulkan dana secara patungan membeli material bangunan agar anak-anak mereka bisa bersekolah.
Gedung sekolah darurat yang dibangun swadaya itu terbuat dari material kayu, beratap seng, namun belum memiliki dinding penutup, sehingga ketika angin kencang dan hujan melanda proses belajar mengajar menjadi terganggu.
Baca juga: Pertamina bangun RKB sekolah di daerah terpencil
“Ketika musim hujan turun air hujan masuk ke ruangan gedung sekolah darurat itu, karena dinding yang terbuat dari triplek itu tidak seluruhnya menutupi bangunan, sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu,” katanya.
Disamping belum tersedianya fasilitas gedung yang memadai, lanjut Umar, MIS Kuta Bakdrien itu juga masih banyak kekurangan fasilitas lainnya, mulai dari belum memiliki pagar halaman hingga belum tersedianya ruang perpustakaan.
Sementara, minat masyarakat mengantarkan anak mereka untuk bersekolah di Madrasah Desa Kuta Bakdrien, Kecamatan Tangan-Tangan terus mengalami peningkatan setiap tahun, dan bahkan sekarang sudah mencapai 55 siswa.
“Kami masyarakat Desa Kuta Bakdrien ini sangat berharap Kementerian Agama memperhatikan madarasah ini, sehingga proses belajar mengajar terhadap anak kami tidak lagi terganggu saat turun hujan,” kata warga setempat Yusuf.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020