BNI Syariah tetap dapat mencatatkan kinerja yang positif di tengah pandemi COVID-19 yaitu realisasi laba bersih pada triwulan I 2020 mencapai Rp214 miliar atau naik 58,1 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp135 miliar.
“Laba Alhamdulillah pada Maret ini kita mencetak Rp214 miliar atau naik 58,1 persen (yoy),” kata Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis.
Sementara itu untuk aset BNI Syariah hingga Maret 2020 tumbuh 16,2 persen (yoy) yaitu Rp51,13 triliun sedangkan pada Maret 2019 sebesar Rp44 triliun dan pada Desember 2019 Rp49,98 triliun.
Untuk jumlah modal inti turut mengalami kenaikan dari posisi Desember 2019 sebesar Rp4,56 triliun menjadi Rp5 triliun pada Maret 2020.
“Kita juga memperoleh tambahan modal sebesar Rp250 miliar dalam bentuk penyertaan tanah di Pejompongan yang akan menjadi kantor pusat kami mungkin 2021 akan kita bangun,” jelasnya.
Ia menuturkan dari sisi pembiayaan BNI Syariah pada Kuartal I-2020 merealisasikan Rp32,33 triliun atau naik 9,8 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu Rp29,44 triliun dan Desember 2019 sebesar Rp32,58 triliun.
“Realisasi pembiayaan didukung oleh enam segmen yaitu komersial, middle, small, mikro, konsumer, dan Hasanah card,” katanya.
Pembiayaan komersial memiliki komposisi 24,8 persen terhadap keseluruhan realisasi pembiayaan Rp32,33 triliun yaitu hingga Maret 2020 Rp8 triliun dan pembiayaan middle berkomposisi Rp4,8 persen yaitu Rp1,54 triliun.
Kemudian pembiayaan small memiliki komposisi 15,9 persen yaitu Rp5,15 triliun, pembiayaan mikro 4,9 persen yakni Rp1,57 triliun, pembiayaan konsumer berkomposisi 48,6 persen yaitu Rp15,71 triliun, serta pembiayaan Hasanah card Rp346 miliar atau berkomposisi 1,1 persen.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan I-2020 sebesar Rp44,86 triliun atau tumbuh 16,6 persen (yoy) daripada Maret tahun lalu Rp38,48 triliun serta Desember 2019 Rp43,77 triliun.
“Ekuitas pada kuartal I-2020 sebesar Rp5,18 triliun atau tumbuh 18,5 persen (yoy) dibanding periode sama tahun lalu Rp4,37 triliun,” ujarnya.
Selanjutnya secara rasio pada BNI Syariah hingga kuartal I-2020 terinci ROE naik 17,95 persen (yoy), ROA naik 2,24 persen (yoy), BOPO turun menjadi 76,53 persen (yoy), CASA naik 64,96 persen (yoy), FDR turun menjadi 71,93 persen (yoy), CAR naik 19,29 persen (yoy), NPF naik 3,8 persen (yoy), serta coverage naik 93,03 persen (yoy).
“Perlu menjadi tantangan kita adalah FDR terutama dalam masa pandemi karena kita lebih fokus pada konsolidasi. Ekspansi jalan terus tapi selektif karena kita tidak berani terlalu agresif mengingat keadaan yang tidak memungkinkan,” katanya.
Abdullah mengatakan meskipun dampak pandemi COVID-19 belum terasa pada kinerja BNI Syariah namun pihaknya telah menerapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi pada kuartal-kuartal berikutnya.
“Kami sudah mengantisipasi di kuartal berikutnya karena dampak ini akan terasa baik secara bisnis maupun kualitas aset. Dampak ini tentu kita tekan sehingga sampai akhir tahun kita masih bisa making profit,” tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
“Laba Alhamdulillah pada Maret ini kita mencetak Rp214 miliar atau naik 58,1 persen (yoy),” kata Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis.
Sementara itu untuk aset BNI Syariah hingga Maret 2020 tumbuh 16,2 persen (yoy) yaitu Rp51,13 triliun sedangkan pada Maret 2019 sebesar Rp44 triliun dan pada Desember 2019 Rp49,98 triliun.
Untuk jumlah modal inti turut mengalami kenaikan dari posisi Desember 2019 sebesar Rp4,56 triliun menjadi Rp5 triliun pada Maret 2020.
“Kita juga memperoleh tambahan modal sebesar Rp250 miliar dalam bentuk penyertaan tanah di Pejompongan yang akan menjadi kantor pusat kami mungkin 2021 akan kita bangun,” jelasnya.
Ia menuturkan dari sisi pembiayaan BNI Syariah pada Kuartal I-2020 merealisasikan Rp32,33 triliun atau naik 9,8 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu Rp29,44 triliun dan Desember 2019 sebesar Rp32,58 triliun.
“Realisasi pembiayaan didukung oleh enam segmen yaitu komersial, middle, small, mikro, konsumer, dan Hasanah card,” katanya.
Pembiayaan komersial memiliki komposisi 24,8 persen terhadap keseluruhan realisasi pembiayaan Rp32,33 triliun yaitu hingga Maret 2020 Rp8 triliun dan pembiayaan middle berkomposisi Rp4,8 persen yaitu Rp1,54 triliun.
Kemudian pembiayaan small memiliki komposisi 15,9 persen yaitu Rp5,15 triliun, pembiayaan mikro 4,9 persen yakni Rp1,57 triliun, pembiayaan konsumer berkomposisi 48,6 persen yaitu Rp15,71 triliun, serta pembiayaan Hasanah card Rp346 miliar atau berkomposisi 1,1 persen.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan I-2020 sebesar Rp44,86 triliun atau tumbuh 16,6 persen (yoy) daripada Maret tahun lalu Rp38,48 triliun serta Desember 2019 Rp43,77 triliun.
“Ekuitas pada kuartal I-2020 sebesar Rp5,18 triliun atau tumbuh 18,5 persen (yoy) dibanding periode sama tahun lalu Rp4,37 triliun,” ujarnya.
Selanjutnya secara rasio pada BNI Syariah hingga kuartal I-2020 terinci ROE naik 17,95 persen (yoy), ROA naik 2,24 persen (yoy), BOPO turun menjadi 76,53 persen (yoy), CASA naik 64,96 persen (yoy), FDR turun menjadi 71,93 persen (yoy), CAR naik 19,29 persen (yoy), NPF naik 3,8 persen (yoy), serta coverage naik 93,03 persen (yoy).
“Perlu menjadi tantangan kita adalah FDR terutama dalam masa pandemi karena kita lebih fokus pada konsolidasi. Ekspansi jalan terus tapi selektif karena kita tidak berani terlalu agresif mengingat keadaan yang tidak memungkinkan,” katanya.
Abdullah mengatakan meskipun dampak pandemi COVID-19 belum terasa pada kinerja BNI Syariah namun pihaknya telah menerapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi pada kuartal-kuartal berikutnya.
“Kami sudah mengantisipasi di kuartal berikutnya karena dampak ini akan terasa baik secara bisnis maupun kualitas aset. Dampak ini tentu kita tekan sehingga sampai akhir tahun kita masih bisa making profit,” tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020