Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan (DLHK3) mengolah sampah menjadi minyak mentah dengan teknologi Pirolisis, dalam upaya mengurangi jumlah sampah di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa.
Kepala DLHK3 Banda Aceh Hamdani, Selasa, mengatakan metode itu dilakukan untuk memusnahkan sampah plastik yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dengan cara dibakar hingga suhu 400 derajat celcius.
"Keberadaan mesin ini tujuannya untuk menangani sampah-sampah plastik jenis kresek dan asoi yang selama ini tidak termanfaatkan," kata Hamdani, di Banda Aceh.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Hendra Gunawan menjelaskan, limbah plastik melalui proses pirolisis mampu diubah menjadi bahan bakar minyak setara bensin, solar dan minyak tanah.
"Tapi tingkat pemurniannya masih rendah. Minyak yang dihasilkan setara bensin, solar dan minyak tanah tapi kualiatasnya masih dibawah," katanya.
Menurut Hendra, proses pengolahan sampah plastik dengan proses pirolisis memiliki kelemahan yaitu tidak efisien pada pembuatan reaktor dalam skala besar. Hal itu diakibatkan oleh terjadinya bubling, chanelling, dan kurang ekonomis.
Kata Hendra, mesin teknolgi itu mampu membakar sampah plastik mencapai 200 kilogram per bulan. Lanjut dia, untuk membakar 30 kilogram sampah plastik dibutuhkan sebanyak 30 liter bahan bakar jenis solar.
Karena biaya bahan bakar tergolong besar, maka pengoperasiannya hanya pada saat waktu tertentu. Namuan, diharapkan metode itu dapat mengurangi tumpukan sampah plastik di Banda Aceh.
"Tapi tujuan kami bagaimana menangani sampah plastik yang selama ini tidak teratasi yang terbuang percuma sehingga bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Kepala DLHK3 Banda Aceh Hamdani, Selasa, mengatakan metode itu dilakukan untuk memusnahkan sampah plastik yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dengan cara dibakar hingga suhu 400 derajat celcius.
"Keberadaan mesin ini tujuannya untuk menangani sampah-sampah plastik jenis kresek dan asoi yang selama ini tidak termanfaatkan," kata Hamdani, di Banda Aceh.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Hendra Gunawan menjelaskan, limbah plastik melalui proses pirolisis mampu diubah menjadi bahan bakar minyak setara bensin, solar dan minyak tanah.
"Tapi tingkat pemurniannya masih rendah. Minyak yang dihasilkan setara bensin, solar dan minyak tanah tapi kualiatasnya masih dibawah," katanya.
Menurut Hendra, proses pengolahan sampah plastik dengan proses pirolisis memiliki kelemahan yaitu tidak efisien pada pembuatan reaktor dalam skala besar. Hal itu diakibatkan oleh terjadinya bubling, chanelling, dan kurang ekonomis.
Kata Hendra, mesin teknolgi itu mampu membakar sampah plastik mencapai 200 kilogram per bulan. Lanjut dia, untuk membakar 30 kilogram sampah plastik dibutuhkan sebanyak 30 liter bahan bakar jenis solar.
Karena biaya bahan bakar tergolong besar, maka pengoperasiannya hanya pada saat waktu tertentu. Namuan, diharapkan metode itu dapat mengurangi tumpukan sampah plastik di Banda Aceh.
"Tapi tujuan kami bagaimana menangani sampah plastik yang selama ini tidak teratasi yang terbuang percuma sehingga bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020