Ide-ide kreatif dalam mengembangkan ekonomi bagi seorang Aminullah Usman, seperti tak ada habisnya. Setiap hari, ada saja hal-hal baru yang muncul dari pemikirannya.

Apalagi kini ia kini menjabat sebagai pelayan bagi Kota Banda Aceh, maka segala sektor digarapnya menjadi lahan ekonomi.

Termasuk Peunayong atau Gampong (Desa) Peunayong pun, masuk dalam rencananya demi meningkatkan perekonomian melalui sektor pariwisata dengan menjadikannya sebagai destinasi wisata Kota Tua.

Melirik sejarahnya, Peunayong memang sengaja didesain, dan dibangun dengan konsep kampung pecinan. Hingga kini masih terlihat sejumlah bangunan peninggalan tempo dulu, dan merupakan saksi bisu kemegahan Aceh pada masa lampau.

Daerah ini menjadi simbol keberagaman akibat berbagai macam etnis tinggal di sini dengan aman, damai, dan tentram.

The China Town Aceh, orang menyebut kala itu sebagai salah satu pusat perdangangan di Kota Banda Aceh. Bahkan ibu kota provinsi ini masih disebut Kuta Raja, sementara Peunayong telah menjadi kawasan internasional di Aceh.

Pada zaman kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, kawasan Peunayong dijadikan sebagai kota yang spesial. Julukan spesial diberikan, karena sultan ingin memberikan rasa aman kepada para tamu yang datang ke kawasan ini. Bahkan, tak jarang sultan menjamu tamu kerajaan baik dari Eropa maupun Tiongkok.

Aminullah melihat hal itu sebagai suatu potensi ada di kawasan ini. Deretan toko dua lantai yang sudah ada sejak abad ke-19, sudah selayaknya dirombak menjadi lebih rapi dan indah. Untuk memaksimalkannya, ia pun mewacanakan akan melakukan penataan kota.

Terlihat dari rencananya memindahkan Pasar Peunayong di pusat kota ke Gampong Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam, dan kini dinamakan Pasar Al Mahirah. Dengan mengandalkan wisata air yang merupakan bagian dari konsep "waterfront city", Wali Kota Aminullah pun memberikan ruang bagi pelaku usaha kuliner yang selama ini berdagang di badan jalan Peunayong dengan membangunkan "culinary riverwalk".

Bersebelahan dengan Peunayong, tepatnya di seberang sungai nantinya akan dibangun hotel dan pusat perdagangan dengan bentuk bangunannya menyerupai Twin Tower di Kuala Lumpur, Malaysia di eks Terminal Keudah, Banda Aceh. Ini pun akan mendukung wacananya menjadikan kawasan Peunayong sebagai destinasi wisata Kota Tua.

Aminullah sangat "serakah" dalam mengejar ketinggalan, apalagi di sektor pemberdayaan perekonomian. Dia tak segan-segan menggagas ide-ide baru, lalu mengaitkannya dengan segala aktivitas pemberdayaan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menekan angka kemiskinan.

Baginya, Peunayong sebagai lokasi Kota Tua akan menjadi tempat ruang berkumpul bagi warga kota maupun wisawatan, tanpa memandang strata tentunya. Orang akan datang tak hanya berwisata sejarah, tetapi juga mencari tempat-tempat ikonis. Tentunya banyak juga kuliner yang istimewa di sana, dan semua dipadukan dengan keunikan tentunya.

Namun untuk mewujudkannya, bukanlah suatu hal yang mudah. Menyulap wajah Peunayong yang kini sangat semrawut dan sempit tersebut, merupakan tantangan baginya. 

Butuh edukasi, pengertian, dan dukungan warga kota agar semua berjalan dengan lancar. Semoga. 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020