Dalam memperingati Hari Penerbangan Nasional pada 27 Oktober, Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional menilai bahwa industri penerbangan masih "gloomy" di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda dunia.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra bersyukur bahwa di tengah situasi yang sulit ini, pasar penerbangan domestik masih menjadi kekuatan bagi BUMN tersebut untuk "bernapas" sampai mobilitas manusia kembali normal, seperti sebelum adanya pandemi.

Menurut Irfan, setidaknya dibutuhkan waktu dua sampai empat tahun agar situasi penerbangan kembali normal.

"Maskapai Indonesia bersyukur bahwa kita punya market domestik yang luas, dibandingkan dengan beberapa maskapai yang negara atau kotanya menjadi hub, transit, seperti Singapore Airlines, Etihad, Qatar, Emirates, Turkish," kata Irfan saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.



Irfan menjelaskan bahwa banyak maskapai negara lain yang harus berjuang lebih keras untuk bertahan karena negara atau kotanya menjadi tempat perpindahan pesawat atau hub pada rute internasional.

Adanya pandemi ini tentu membuat pemerintah di masing-masing negara menerapkan protokol ketat pencegahan COVID-19, termasuk pada penutupan sementara layanan penerbangan internasional.

Berbeda dengan rute internasional, tata cara penerbangan dan bepergian di pasar domestik ditentukan oleh pemerintah negara tersebut.



Contohnya, Pemerintah Indonesia masih memperkenankan Garuda Indonesia dan maskapai nasional lainnya untuk beroperasi dengan beberapa persyaratan, seperti tes cepat (rapid test) hingga aturan maksimal kapasitas penumpang.

"Saya tidak ingin menyebut optimis, tetapi kita punya domestik market, tinggal bagaimana kita mengkapitalisasi ini dan membuat orang Indonesia mau terbang ke Bali, Medan dan sejenisnya," kata Irfan.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020