Banda Aceh, 10/10 (Antaraaceh) - Peneliti dari Center for Information of Samudra Pasai Heritage (CISAH) Tgk Taqiyuddin Muhammad mengharapkan kepada Pemerintah agar situs Kerajaan Lamuri di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, dilestarikan dan dijadikan cagar budaya, karena keberadaannya memperkaya khasanah perkembangan Islam di Nusantara.
"Kami rasa situs Kerajaan Lamruri yang berada di Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya dijadikan cagar budaya peninggalan Islam, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi terhadap berkembangnya Agama Islam di Aceh," kata Tgk Taqiyuddin, ulama lulusan Universitas Al Azhar Kairo Mesir di Banda Aceh, Jumat.
Saat ini tim ahli dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Universitas Sumatera Utara dan University Sain Malaysia (USM) sedang meneliti dan pemetaan terhadap situs Kerajaan Lamuri di Desa Lamreh, yang dimulai 27 September 2014 dan berakhir 12 Oktober 2014.
Tgk Taqiyuddin yang ahli baca batu nisan dan masuk dalam tim peneliti itu, mengatakan, dari hasil penelitian dan pemetaan situs Kerajaan Lamuri untuk sementara berada di areal seluas kurang lebih 200 hektare dan di lokasi itu terdapat ratusan makam ulama.
Disebutkan, dari hasil penelitian dari batu nisan tersebut Kerajaan Islam Lamuri berdiri pada abad ke-15 lebih tua dari Kerajaan Islam masa Iskandar Muda yang berdiri pada abad ke-17.
Dikatakan, dari tulisan yang terdapat di batu nisan, ada makam para ulama yang meninggal pada tahun 866 Hijriah atau 1462 masehi.
Untuk memastikan bahwa situs tersebut merupakan Kerajaan Islam dapat dibaca dari batu nisan yang bertulisan bahasa Arab, bahkan ada pesan-pesan "mutiara hikmah" apakah itu dikutip dari pribahasa Arab ataupun Hadist Rasulullah SAW.
Ia menyebutkan sebuah mutiara hikmah yang terdapat di batu nisan dalam bahasa Arab yang artinya "Barang siapa yang mencari dunia maka dia menjadi tawanan dan barang siapa yang mencari akhirat maka dia pemimpin."
Kemudian, "Dunia itu bangkai dan yang mencari pada dunia anjing".
"Jadi, dari sekelumit mutiara hikmah tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat itu ulama kita mengajak umatnya untuk mengutamakan ibadah kepada Allah SWT, sedangkan dunia hanya sebagai pendukung," katanya.
Oleh karenanya, ia berharap kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat untuk memperhatikan situs tersebut sebagai cagar peninggalan sejarah, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam sekarang ini.
Penelitian situs tersebut melibatkan pakar sejarah, Dr Husaini Ibrahim MA yang juga Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsyiah, Prof Dr Datuk Muchtar bin Saidin, Kepala Pusat Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG) USM, Dr Supriyatno, Ketua Jurusan Program Pascasarjana USU Medan.
Tgk Taqiyuddin menyatakan, keberadaan Kerajaan Lamuri itu sudah ditulis oleh sejarahwan Aceh H M Zainuddin dalam bukunya "Tareh Aceh dan Nusantara" dan M Said dalam bukunya berjudul "Aceh Sepanjang Abad".

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014