Banda Aceh, 21/10 (Antaraaceh) – Kepala Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), Saud Usman Nasution mengatakan provinsi Aceh berpotensi besar masuknya faham Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
“Kalau kita lihat di Aceh pontensinya ada, karena masih ada benih-benih permusuhan, mungkin ada yang tidak puas, sehinga ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu,” kata Saud, Selasa di UIN Ar-Raniry.
Ia menjelaskan besarnya potensi masuknya faham ISIS ke Aceh diakibatkan Aceh salah satu daerah bekas konflik, seperti Ambon dan Maluku. Sehingga sangat rentan daerah berjulukan serambi mekkah tersebut dijadikan tempat latihan.
Ia menambahkan, ciri-ciri yang telah terpegaruhnya paham tersebut dapat dilihat dari perilaku mereka yang suka mengkafirkan orang lain. Kemudian lebih cepat mengambil tindakan menghakimi orang lain salah ketika tidak sepaham dengannya.
“Jadi misalnya pemahaman-pemahaman jihad yang pernah ada, mereka langsung mengatakan halal dibunuh ketika pemahaman orang lain tidak sama dengan paham dia, dan ini sangat berbahaya,” kata Saud.
Oleh karena itu ia menghimbau masyarakat untuk memonitori pemahaman-pemahaman seperti itu. Jika ada masyarakat yang paham agamannya sempit, merasa paling benar, baik dalam beribadah tau bentuk ekskulusif lain, ia minta dilaporkan untuk dipantau.
Dengan demikian pihaknya telah berupaya mensosialisasikan ke berbagai lapisah untuk mencegah paham-paham tersebut, termasuk mahasiswa, masyarakat, bahkan terhadap tokoh-tokoh gampong.
“Seperti hari ini kita memberikan pemahaman kepada para mahasiswa UIN Ar-Raniry juga merupakan suatu upaya kita, tidak hanya disosialisasikan kepada pelaku teror saja, tetapi kita upayakan semua hilir harus dapat pemahaman sama,” katanya lagi.
Maka pihaknya mengajak semua agar tidak terpengaruhi paham itu. Selain itu ia menegaskan untuk saat ini belum terdeteksi ada ISIS di aceh. Semoga faham tersebut tidak berkembang di Aceh, kalau pun ada ia berharap dapat kembali kepemahaman yang benar. (Hayatullah)
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014
“Kalau kita lihat di Aceh pontensinya ada, karena masih ada benih-benih permusuhan, mungkin ada yang tidak puas, sehinga ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu,” kata Saud, Selasa di UIN Ar-Raniry.
Ia menjelaskan besarnya potensi masuknya faham ISIS ke Aceh diakibatkan Aceh salah satu daerah bekas konflik, seperti Ambon dan Maluku. Sehingga sangat rentan daerah berjulukan serambi mekkah tersebut dijadikan tempat latihan.
Ia menambahkan, ciri-ciri yang telah terpegaruhnya paham tersebut dapat dilihat dari perilaku mereka yang suka mengkafirkan orang lain. Kemudian lebih cepat mengambil tindakan menghakimi orang lain salah ketika tidak sepaham dengannya.
“Jadi misalnya pemahaman-pemahaman jihad yang pernah ada, mereka langsung mengatakan halal dibunuh ketika pemahaman orang lain tidak sama dengan paham dia, dan ini sangat berbahaya,” kata Saud.
Oleh karena itu ia menghimbau masyarakat untuk memonitori pemahaman-pemahaman seperti itu. Jika ada masyarakat yang paham agamannya sempit, merasa paling benar, baik dalam beribadah tau bentuk ekskulusif lain, ia minta dilaporkan untuk dipantau.
Dengan demikian pihaknya telah berupaya mensosialisasikan ke berbagai lapisah untuk mencegah paham-paham tersebut, termasuk mahasiswa, masyarakat, bahkan terhadap tokoh-tokoh gampong.
“Seperti hari ini kita memberikan pemahaman kepada para mahasiswa UIN Ar-Raniry juga merupakan suatu upaya kita, tidak hanya disosialisasikan kepada pelaku teror saja, tetapi kita upayakan semua hilir harus dapat pemahaman sama,” katanya lagi.
Maka pihaknya mengajak semua agar tidak terpengaruhi paham itu. Selain itu ia menegaskan untuk saat ini belum terdeteksi ada ISIS di aceh. Semoga faham tersebut tidak berkembang di Aceh, kalau pun ada ia berharap dapat kembali kepemahaman yang benar. (Hayatullah)
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014