Sejumlah warga yang terdampak akibat fenomena tanah bergerak di Gampong atau desa Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar masih mengungsi ke tempat yang lebih aman, guna menghindari adanya korban jiwa.
“Masih belum tahu sampai kapan warga kita ini mengungsi. Saat ini yang penting kita waspada saja dulu,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Lamkleng Armia di Aceh Besar, Minggu.
Armia menjelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan wilayah Aceh Besar dan beberapa kabupaten/kota di lain di Tanah Rencong masih dilanda hujan ringan hingga deras.
Sebab itu, lanjut dia, warga di lokasi tanah begerak tersebut diminta untuk waspada terhadap penurunan tanah yang terus terjadi sehingga dikhawatirkan dapat merobohkan bangunan rumah milik warga sekitar yang terdampak.
“Sekarang kan masih musim hujan, jadi warga enggak bisa kembali ke rumah masing-masing dulu. Enggak hujan saja penurunan tanah itu masih terus bertambah, apalagi kalau hujan,” katanya, menjelaskan.
Ia menambahkan akibat fenomena tanah bergerak itu, tercatat 14 unit rumah yang terkena dampak dan berpotensi amblas. Sebanyak 72 jiwa dalam 18 kepala keluarga (KK) terdampak. Namun, hanya beberapa warga yang mengungsi karena rumahnya semakin rawan.
Di lokasi kejadian, tim survei dari Prodi Geologi Universitas Syiah Kuala (USK) kepada Antara menyebutkan pihaknya melakukan pengukuran penurunan tanah sejak pertama kejadian pada Kamis (14/1) lalu.
Data mereka, hari pertama tanah bergerak hanya menyebabkan penurunan tanah 20 centimeter, namun pada hari keempat penurunan telah mencapai 168 centimeter, bahkan lebih dalam di titik-titik tertentu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
“Masih belum tahu sampai kapan warga kita ini mengungsi. Saat ini yang penting kita waspada saja dulu,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Lamkleng Armia di Aceh Besar, Minggu.
Armia menjelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan wilayah Aceh Besar dan beberapa kabupaten/kota di lain di Tanah Rencong masih dilanda hujan ringan hingga deras.
Sebab itu, lanjut dia, warga di lokasi tanah begerak tersebut diminta untuk waspada terhadap penurunan tanah yang terus terjadi sehingga dikhawatirkan dapat merobohkan bangunan rumah milik warga sekitar yang terdampak.
“Sekarang kan masih musim hujan, jadi warga enggak bisa kembali ke rumah masing-masing dulu. Enggak hujan saja penurunan tanah itu masih terus bertambah, apalagi kalau hujan,” katanya, menjelaskan.
Ia menambahkan akibat fenomena tanah bergerak itu, tercatat 14 unit rumah yang terkena dampak dan berpotensi amblas. Sebanyak 72 jiwa dalam 18 kepala keluarga (KK) terdampak. Namun, hanya beberapa warga yang mengungsi karena rumahnya semakin rawan.
Di lokasi kejadian, tim survei dari Prodi Geologi Universitas Syiah Kuala (USK) kepada Antara menyebutkan pihaknya melakukan pengukuran penurunan tanah sejak pertama kejadian pada Kamis (14/1) lalu.
Data mereka, hari pertama tanah bergerak hanya menyebabkan penurunan tanah 20 centimeter, namun pada hari keempat penurunan telah mencapai 168 centimeter, bahkan lebih dalam di titik-titik tertentu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021