Gerakan relawan rumah kaum dhuafa (Garda) Indonesia Cabang Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) akan membangun satu unit rumah layak huni bagi seorang warga kurang mampu di Desa Sejahtera, Kecamatan Manggeng, kabupaten setempat.

Pengurus Garda Indonesia Cabang Abdya Muslizar MT, Senin, mengatakan rumah layak huni yang bakal segera dibangun relawan merupakan milik keluarga Hajidah HS. Pembangunan menggunakan dana yang sedang proses pengumpulan dari setiap relawan Garda, senilai Rp10 ribu per bulan.

“Sebelumnya tidak laporan ke Pemkab Abdya tentang kondisi rumah tersebut. Saya baru mengetahuinya setelah diberitahukan keuchik Gelanggang Batee Ismail dan langsung meninjau ke lapangan,” kata Muslizar di Blangpidie.

Ia menjelaskan selama ini Hadijah bersama suami dan dua anaknya tinggal di gubuk kecil berukuran 3x3 meter persegi, yang berlantai tanah. Atap gubuk rumah mereka masih terbuat dari daun rumbia, serta dinding hanya ditutupi dengan pelastik dan anyaman dari daun pohon kelapa.

“Setelah kami tinjau dan kita lihat kondisinya, Insya Allah rumah Hadijah ini akan kita bangun baru dari anggaran yang bersumber dari donasi anggota Garda Indonesia Cabang Abdya Rp10 ribu per bulan," katanya.

Saat ini, menurut wakil bupati Abdya itu, anggota Garda Indonesia Cabang Abdya sedang mengumpulkan dana Rp10 per bulan secara sukarela, dalam upaya mewujudkan rumah layak huni bagi keluarga fakir-miskin tersebut.

"Saya juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk bergabung bersama Garda Indonesia guna berpartisipasi dengan cara menyisihkan uang Rp10 ribu per bulan untuk pembangunan rumah saudara kita itu,” ujarnya, mengajak.

Sumbangan yang diberikan itu menjadi harta yang sangat berguna di akhirat. Rumah mu amal ibadah ku. Sedikit bagi kita sangat bermakna bagi mereka, katanya lagi.

Informasi dihimpun Antara, Hadijah merupakan perempuan berumur 40 tahun yang sehari-hari bekerja serabutan. Terkadang dirinya juga sering mencari barang bekas untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga.

Sementara suami Hadijah bekerja sebagai buruh lepas di Kabupaten Aceh Barat. Suaminya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja keras mencari nafkah demi menyambung hidup keluarga kecil mereka.

"Kalau pun pulang, kadang dua Minggu bahkan satu bulan sekali. Karena tergantung rezeki yang didapatkan disana," kata Hadijah.

Hajidah memiliki seorang anak laki-laki yang masih berumur tujuh tahun. Setiap hari, anak semata wayang tersebut terpaksa harus berjalan kaki sejauh dua kilometer untuk ke sekolah.

"Anak saya ini baru kelas satu SD. Jarak tempuhnya sekitar dua kilometer dari rumah. Perginya jalan kaki, kadang-kadang saya antar sebelum pergi mencari barang bekas," ujarnya.

Pewarta: Suprian

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021