Dua pria tewas pada hari Selasa (11/5) setelah pasukan keamanan Sudan menembakkan peluru tajam dan gas air mata ke arah demonstran yang menandai peringatan serangan mematikan di lokasi protes selama pemberontakan  2019 di negara itu, kata petugas medis, kelompok protes dan saksi mata.

Sebagai tanggapan, demonstrasi larut malam bermunculan di seluruh ibu kota Khartoum dan foto-foto pengunjuk rasa yang memblokir jalan dengan batu bata dan ban yang terbakar muncul di media sosial.

Dalam sebuah pernyataan Rabu pagi, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menggambarkan penggunaan tembakan terhadap pengunjuk rasa damai sebagai kejahatan yang menuntut keadilan segera.



Kerumunan massa telah berkumpul di pusat Khartoum untuk memperingati ulang tahun kedua, menurut kalender Islam, dari penggerebekan terhadap protes pada  2019.

Meskipun jalan menuju tempat protes di depan markas militer diblokir, saksi mata mengatakan massa berunjuk rasa, menuntut keadilan atas serangan 2019.

Dua pria tewas karena luka tembak, kata sumber medis, kelompok protes Asosiasi Profesional Sudan dan saksi mata, dan lebih dari 20 orang terluka.

Seorang juru bicara polisi tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Pada saat penggerebekan 2019, oposisi Sudan mengatakan 127 orang tewas, sementara pihak berwenang menyebutkan korban tewas 87. Tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban, meski penyelidikan sudah berjalan lama.

Menanggapi pembunuhan pada  Selasa, aliansi keluarga dari mereka yang terbunuh selama pemberontakan mengatakan di halaman Facebook resmi mereka bahwa mereka akan mulai mengorganisasi  perlawanan nirkekerasan nasional.

"Lambatnya sistem peradilan dalam mengungkap kejahatan dan membawa para penjahat ke pengadilan telah menjadi perhatian yang serius," kata Hamdok dalam pernyataan itu.

Hamdok menyerukan pertemuan antara militer Sudan dan kepemimpinan sipil untuk "meninjau dan memperbaiki jalan kita".

Sudan diperintah oleh kemitraan antara militer dan partai politik sipil yang menunjuk Hamdok sebagai Perdana Menteri Sudan.

Sumber : Reuters
 

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021