Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Malikussaleh Lhokseumawe memberikan penjelasan terkait hujan lebat disertai angin kencang di daerah itu dan sekitarnya saat memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG Stasiun Malikussaleh Siswanto di Lhokseumawe, Senin, mengatakan Juli hingga Agustus wilayah di Aceh memasuki musim kemarau. Akan tetapi, dari pantauan satelit terjadi gangguan cuaca, sehingga terjadinya awan konvektif yang dipicu oleh gerakan massa udara.
"Ada pengaruh regional berupa pembelokan arah angin yang mengindikasikan adanya pembentukan awan konvektif pada saat terjadinya hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireuen," katanya.
Siswanto menyebutkan hal tersebut terjadi akibat dari adanya pengumpulan massa udara, sehingga terjadi pembelokan angin. Pembelokan angin ini menumbuhkan awan konvektif comulonimbus yang dapat menyebabkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
"Angin kencang disertai hujan lebat di wilayah Lhokseumawe dan Aceh Utara dengan kecepatan sekitar 25 kilometer per jam. Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena dapat membahayakan keselamatan masyarakat," sebutnya.
Oleh karena itu, Siswanto mengimbau nelayan agar lebih mewaspadai gelombang tinggi di perairan Selat Malaka pada jarak 20 kilometer dari bibir pantai. Ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter.
"Kepada masyarakat juga diimbau jika terjadi hujan dan terlihat fisik hitam keabu-abuan, maka segera berlindung untuk menghindari risiko tinggi seperti sambaran petir," kata Siswanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Kepala BMKG Stasiun Malikussaleh Siswanto di Lhokseumawe, Senin, mengatakan Juli hingga Agustus wilayah di Aceh memasuki musim kemarau. Akan tetapi, dari pantauan satelit terjadi gangguan cuaca, sehingga terjadinya awan konvektif yang dipicu oleh gerakan massa udara.
"Ada pengaruh regional berupa pembelokan arah angin yang mengindikasikan adanya pembentukan awan konvektif pada saat terjadinya hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireuen," katanya.
Siswanto menyebutkan hal tersebut terjadi akibat dari adanya pengumpulan massa udara, sehingga terjadi pembelokan angin. Pembelokan angin ini menumbuhkan awan konvektif comulonimbus yang dapat menyebabkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
"Angin kencang disertai hujan lebat di wilayah Lhokseumawe dan Aceh Utara dengan kecepatan sekitar 25 kilometer per jam. Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena dapat membahayakan keselamatan masyarakat," sebutnya.
Oleh karena itu, Siswanto mengimbau nelayan agar lebih mewaspadai gelombang tinggi di perairan Selat Malaka pada jarak 20 kilometer dari bibir pantai. Ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter.
"Kepada masyarakat juga diimbau jika terjadi hujan dan terlihat fisik hitam keabu-abuan, maka segera berlindung untuk menghindari risiko tinggi seperti sambaran petir," kata Siswanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021