Petani melon varietas "golden" atau emas di Desa Mruwak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur berhasil memanen dengan kualitas buah super hingga meraih omzet puluhan juta rupiah.
Petani melon, Eko Bangun Rahino mengatakan varietas golden sengaja dipilihnya untuk dibudidayakan sejak beberapa bulan lalu karena jenis tersebut belum banyak ditanam di wilayah Madiun. Selain itu, budi daya melon juga tergolong lebih untung jika dibandingkan menanam padi ataupun palawija.
"Sebelumnya menanam padi saat musim hujan dan palawija saat musim kemarau seperti sekarang. Namun, hasilnya lebih banyak ini (melon)," ujar Eko di Madiun, Sabtu.
Mantan TKI tersebut mengatakan di masa pandemi pihaknya ingin memperoleh hasil panen yang lebih baik dibandingkan panen tanaman padi. Karena itu, pihaknya memberanikan diri menanam melon golden di lahan seluas 980 meter persegi. Sekali tanam, ia dapat memanen melon emasnya hingga tiga kali. Sekali panen, Eko mendapatkan 2 ton lebih melon emas.
"Dari lahan seluas 980 meter persegi tersebut, setiap panen bisa menghasilkan 2 ton melon golden," katanya.
Untuk harga, melon emas dijual Rp12.000 per kilogram di pasaran. Rata-rata per buah hasil panenannya mencapai ukuran 1-2 kilogram. Dengan demkian, dalam satu kali tanam, Eko memperoleh hasil panen hingga 6 ton lebih dengan total omzet sekitar Rp75 juta.
Untuk pemasaran, ia tidak bingung. Selain permintaan pasar untuk buah melon golden saat ini masih tinggi, buah tersebut banyak dicari karena segar dan rasanya yang manis.
Selain dijual lokal di wilayah Madiun, pihaknya juga memasarkan melonnya ke Jakarta dan Surabaya melalui pengepul.
Setelah masa panen ini, Eko berencana memperluas lahan budi daya melon emasnya dengan harapan meraih omzet lebih banyak lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Petani melon, Eko Bangun Rahino mengatakan varietas golden sengaja dipilihnya untuk dibudidayakan sejak beberapa bulan lalu karena jenis tersebut belum banyak ditanam di wilayah Madiun. Selain itu, budi daya melon juga tergolong lebih untung jika dibandingkan menanam padi ataupun palawija.
"Sebelumnya menanam padi saat musim hujan dan palawija saat musim kemarau seperti sekarang. Namun, hasilnya lebih banyak ini (melon)," ujar Eko di Madiun, Sabtu.
Mantan TKI tersebut mengatakan di masa pandemi pihaknya ingin memperoleh hasil panen yang lebih baik dibandingkan panen tanaman padi. Karena itu, pihaknya memberanikan diri menanam melon golden di lahan seluas 980 meter persegi. Sekali tanam, ia dapat memanen melon emasnya hingga tiga kali. Sekali panen, Eko mendapatkan 2 ton lebih melon emas.
"Dari lahan seluas 980 meter persegi tersebut, setiap panen bisa menghasilkan 2 ton melon golden," katanya.
Untuk harga, melon emas dijual Rp12.000 per kilogram di pasaran. Rata-rata per buah hasil panenannya mencapai ukuran 1-2 kilogram. Dengan demkian, dalam satu kali tanam, Eko memperoleh hasil panen hingga 6 ton lebih dengan total omzet sekitar Rp75 juta.
Untuk pemasaran, ia tidak bingung. Selain permintaan pasar untuk buah melon golden saat ini masih tinggi, buah tersebut banyak dicari karena segar dan rasanya yang manis.
Selain dijual lokal di wilayah Madiun, pihaknya juga memasarkan melonnya ke Jakarta dan Surabaya melalui pengepul.
Setelah masa panen ini, Eko berencana memperluas lahan budi daya melon emasnya dengan harapan meraih omzet lebih banyak lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021