Meulaboh (ANTARA Aceh) - Komandan Korem 012 Teuku Umar Kolonel Ruruh A Setyawibawa meminta masyarakat pesisir pantai Kabupaten Aceh Barat untuk waspada gelombang tsunami karena kawasan itu sangat rawan muncul gelombang tsunami apabila dilanda gempa.
"Hasil uji protap dan bukan secara eksat, saya melihat sangat rawan tsunami apabila terjadi gempa bumi terutama di pantai Aceh Barat ini, beda dengan wilayah seperti Aceh Jaya yang sering dilanda banjir dan tanah longsor seperti Aceh Singkil," katanya di Meulaboh, Rabu.
Hal itu disampaikan di sela-sela kegiatan latihan kesiap-siagaan penangulangan bencana di pantai Suak Indra Puri, Kecamatan Johan Pahlawan.
Kegiatan tersebut disinkronkan bersama program Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), BPBD, Polri, PMI, Tagana, Rapi, Basarnas, Meulaboh Resque yang melibatkan sekitar 1.200 prajurit TNI-AD.
Didampingi Dandim 0105 Aceh Barat Letkol Inf Jaka Sutanta, ia mengatakan, melalui latihan bersama penangulangan bencana demikian diharapkan mampu memberikan perlindungan lebih kepada rakyat untuk menekan resiko bencana apabila terjadi.
Para petugas setiap lintas sektoral mengetahui peran masing-masing, karena tujuan dilakukannya latihan bersama dalam penangulangan bencana itu untuk melihat kemantapan pelaksanaan prosedur tetap (protap) relawan.
"Tim yang dilatih ini dibentuk untuk membantu rakyat ketika terjadi bencana, setelah masyarakat dievakuasi ke satu tempat relokasi, kemudian mereka ini bertugas menjaga harta benda (aset) ditingalkan rakyat dirumah, itu salah satu tugas tim ini," imbuhnya.
Lebih lanjut Danrem Ruruh mengatakan, ketersediaan tempat evakuasi sementara dan kebutuhan penangulangan bencana dinyatakan sangat mencukupi, hanya saja Pemkab Aceh Barat masih terbatas memiliki mobiler sarana kesehatan dan dapur umum.
Ia berharap untuk menekan tinggi resiko serta memaksimalkan upaya penanganan bencana gempa bumi dan tsunami, Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Barat agar memprogramkan kebutuhan tersebut sebagai sarana antisipasi pada setiap tahun anggaran.
Selain itu Danrem Ruruh juga mengomentari sirine tsunami yang sudah disediakan di kawasan setempat ternyata tidak bekerja maksimal, beruntung acara dilakukan hanya berupa simulasi bukan bencana sebenarnya.
"Itulah gunanya kita mengadakan latihan ini untuk uji protap, ketika protap sudah dilakukan tidak pas, maka dievaluasi dan diperbaiki. Banyak masyarakat komen tadi tidak dengar sirine. Saya saja tidak dengar tadi karena tidak lewat depan DPR," sebutnya.
Pada kesempatan tersebut Danrem juga menyampaikan bahwa kondisi keamanan wilayah teritorialnya mencakup 10 kabupaten/kota pesisir barat selatan Aceh masih sangat aman, berkat kerja sama semua pihak yang berpartisipasi menjaga keamanan dan ketentraman.
"Kita sudah mengatisipasi semua (kriminal bersenjata api) semacam patroli bersama dengan Polri, dengan keterlibatan semuanya termasuk masyarakat sehingga ada hal-hal mengganggu keamanan akan kita pantau sedini mungkin," katanya menambahkan.
"Hasil uji protap dan bukan secara eksat, saya melihat sangat rawan tsunami apabila terjadi gempa bumi terutama di pantai Aceh Barat ini, beda dengan wilayah seperti Aceh Jaya yang sering dilanda banjir dan tanah longsor seperti Aceh Singkil," katanya di Meulaboh, Rabu.
Hal itu disampaikan di sela-sela kegiatan latihan kesiap-siagaan penangulangan bencana di pantai Suak Indra Puri, Kecamatan Johan Pahlawan.
Kegiatan tersebut disinkronkan bersama program Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), BPBD, Polri, PMI, Tagana, Rapi, Basarnas, Meulaboh Resque yang melibatkan sekitar 1.200 prajurit TNI-AD.
Didampingi Dandim 0105 Aceh Barat Letkol Inf Jaka Sutanta, ia mengatakan, melalui latihan bersama penangulangan bencana demikian diharapkan mampu memberikan perlindungan lebih kepada rakyat untuk menekan resiko bencana apabila terjadi.
Para petugas setiap lintas sektoral mengetahui peran masing-masing, karena tujuan dilakukannya latihan bersama dalam penangulangan bencana itu untuk melihat kemantapan pelaksanaan prosedur tetap (protap) relawan.
"Tim yang dilatih ini dibentuk untuk membantu rakyat ketika terjadi bencana, setelah masyarakat dievakuasi ke satu tempat relokasi, kemudian mereka ini bertugas menjaga harta benda (aset) ditingalkan rakyat dirumah, itu salah satu tugas tim ini," imbuhnya.
Lebih lanjut Danrem Ruruh mengatakan, ketersediaan tempat evakuasi sementara dan kebutuhan penangulangan bencana dinyatakan sangat mencukupi, hanya saja Pemkab Aceh Barat masih terbatas memiliki mobiler sarana kesehatan dan dapur umum.
Ia berharap untuk menekan tinggi resiko serta memaksimalkan upaya penanganan bencana gempa bumi dan tsunami, Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Barat agar memprogramkan kebutuhan tersebut sebagai sarana antisipasi pada setiap tahun anggaran.
Selain itu Danrem Ruruh juga mengomentari sirine tsunami yang sudah disediakan di kawasan setempat ternyata tidak bekerja maksimal, beruntung acara dilakukan hanya berupa simulasi bukan bencana sebenarnya.
"Itulah gunanya kita mengadakan latihan ini untuk uji protap, ketika protap sudah dilakukan tidak pas, maka dievaluasi dan diperbaiki. Banyak masyarakat komen tadi tidak dengar sirine. Saya saja tidak dengar tadi karena tidak lewat depan DPR," sebutnya.
Pada kesempatan tersebut Danrem juga menyampaikan bahwa kondisi keamanan wilayah teritorialnya mencakup 10 kabupaten/kota pesisir barat selatan Aceh masih sangat aman, berkat kerja sama semua pihak yang berpartisipasi menjaga keamanan dan ketentraman.
"Kita sudah mengatisipasi semua (kriminal bersenjata api) semacam patroli bersama dengan Polri, dengan keterlibatan semuanya termasuk masyarakat sehingga ada hal-hal mengganggu keamanan akan kita pantau sedini mungkin," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015