Syair bisa menyelamatkan nyawa mungkin ini terdengar aneh bagi sebagian orang. Apalagi jika dikaitkan dengan bencana dahsyat seperti tsunami dan bencana lainnya.

Tapi, tidak bagi warga Kabupaten Simeulue, syair yang biasa dilantunkan dalam acara nandong, seni tradisional Simeulue, diyakini telah menyelamatkan puluhan ribu nyawa di kabupaten di Samudra Hindia itu dari bencana dahsyat tsunami pada 2004.

Bagi warga Simeulue, syair tentang tsunami telah ada sejak nenek moyang mereka. Syair yang menceritakan begitu dahsyatnya tsunami ini tidak lahir begitu saja, tetapi berdasarkan pengalaman tsunami yang menghantam kabupaten kepulauan itu pada 1907 yang menghancurkan rumah dan juga merenggut banyak nyawa.

"Dari cerita nenek moyang kami dulu dan disampaikan secara turun temurun kepada setiap generasi tentang smong itulah yang membuat masyarakat Simeulue banyak selamat dari hantaman tsunami pada 2004," kata Harunsyah, masyarakat Simeulue di Simeulue, Senin.

Menurut Harunsyah, berdasarkan data yang ada, bencana dahsyat tsunami yang melanda Aceh dan beberapa wilayah lainnya di dunia itu hanya merenggut nyawa enam orang warga Simeulue. 

Itu pun mereka meninggal dunia bukan karena terseret tsunami, tetapi ada yang tertimpa bangunan roboh, serta serangan jantung, kata Harunsyah.

BACA:
Ditinggalkan 17 tahun silam, desa di Simeulue kembali dihuni


Padahal, kata Harunsyah, bencana dahsyat itu banyak meluluhlantakkan desa di Simeulue yang berada di wilayah pesisir pantai. 

Bagi warga Simeulue, smong menjadi pelajaran hidup sendiri. Masyarakat kepulauan itu, tidak ingin bencana dahsyat 1907 yang merenggut banyak nyawa terulang kembali. 

Melalui adat tutur, kearifan lokal, dan cerita turun menurun itulah membuat masyarakat Simeulue selalu siap siaga jika sewaktu-waktu smong datang, kata Harunsyah.

"Kesiapan itu terbukti ketika gempa dahsyat dan smong menerjang pulau Simeulue, meski  ribuan rumah penduduk hancur dan rata dengan tanah. Namun, korban jiwa sangat sedikit," jelas Harunsyah.

Untuk itu Harunsyah, hingga kini, syair yang memiliki pesan nasihat itu masih terus disampaikan kepada generasi muda melalui nandong yang banyak ditampilkan di setiap kegiatan pernikahan ataupun sunatan. 

BACA:
Penumpang ke Pulau Simeulue meningkat jelang libur tahun baru


Dengan harapan jika ada bencana serupa bisa menyelamatkan masyarakat kabupaten yang berdiri sendiri terpisah dari Kabupaten Aceh Barat sejak 1999 tersebut.

"Semoga Pulau Simeulue dijauhkan dari bencana alam. Mari lestarikan budaya dan adat istiadat yang telah ada dari nenek moyang kita dulu," ucap Harunsyah.

Untuk diketahui Kabupaten Simeulue merupakan wilayah kepulauan terluar di Provinsi Aceh. Pulau Simeulue berada di Samudra Hindia yang jaraknya sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Pulau Sumatra.

Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999. Kabupaten Simeulue memiliki 10 kecamatan dengan 138 gampong atau desa yang dihuni sekitar 80 ribuan jiwa.

Ini bait syair menyelamatkan ribuan nyawa warga Simeulue dari bencana dahsyat tsunami atau yang dikenal dengan sebutan smong.

Enggelmon Sao curito (Dengarlah sebuah cerita)
Inang maso semonan (pada masa jaman dulu)
Manoknop sao fano ( tenggelam satu tempat)
Wila dasesewan (Begitulah mereka ceritakan)

Unenne Alek Linon (Diawali dengan gempa)
Besang bakatne Malli ( Disusul ombak yang besar sekali)
Manoknop Sao hampong (tenggelam seluruh kampung) 
Tibo-tibo Mawi (Tiba-tiba saja)

Anga linonne Malli (Kalau gempanya kuat)
Uwek surui sahuli ( Disusul air surut sekali) 
Mahea mihawali (Segera cari)
Fanome singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede Smong kahanne (Itulah Smong namanya)

Turiang da nenekta ( Sejarah nenek moyang kita) 
Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)
Pesan dan navida (Pesan dan nasehatnya).

 

Pewarta: Ade Irwansah

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021