Meulaboh (ANTARA Aceh) - Perusahaan pertambangan PT Mifa Bersaudara terpaksa menghentikan ekspor bahan baku material batubara, karena anjloknya harga di pasaran dunia.

Superintendent Govrel dan PR PT Mifa Bersaudara Rahmad Ahmed di Meulaboh, Jumat mengatakan managemen perusahaan tersebut bukan hanya menghentikan ekspor, namun juga memutuskan kontrak kerja terhadap rekanan ekplorasi batubara PT Cipta Kridatama (CK) karena tidak mampu menutupi biaya kos skala besar.

"Saat ini produksi kita hanya untuk kebutuhan pasar lokal, untuk ke luar negeri seperti India sudah kita pending dulu karena kondisi harga batubara anjlok, kita tidak mungkin menjualnya dengan harga rugi," katanya.

Dia menyebutkan, kondisi harga batubara diproduksi Indonesia dengan kalori 3400 GAR ditampung negara luar senilai 18,8 dolar Amerika Serikat per metrik ton (MT), harga tersebut terus anjlok dari harga sebelumnya 22 dolar per ton.

Jelas Rahmad, terkait penghentian kontrak kerja dengan perusahaan PT CK sebagai kontraktor ekplorasi batubara, karena perusahaan mereka sudah tidak mampu mengimbangi biaya kos dengan target sebelumnya mencapai 5 juta MT, sementara produksi mereka terus direvisi.

Kata dia, saat ini target produksi batubara sudah mencapai angka 280 ribu MT, sementara standar operasi produksi PT CK berskala 5 juta Mt keatas, sehingga untuk penyesuaian tersebut terpaksa mengunakan anak perusahaan sendiri agar produksi tetap berlanjut.

"PT CK standar produksi mereka diatas 5 Juta MT, sementara MIFA saat ini sudah merevisi target produksi selama 2016 menjadi 270-280 ribu MT. Untuk tetap berproduksi kita sudah mengunakan anak perusahaan yaitu PT PBU," jelasnya.

Dia menyarankan, pemerintah Indonesia harus mengeluarkan satu kebijakan untuk menetatpkan standarisasi harga batubara, tidak lagi mengikuti harga dunia untuk menyelamatkan para investor yang selama ini sudah menanamkan investasinya mencapai triliunan untuk usaha pertambangan batubara.

Sementara itu Supertendent CSR Tengku Khadaffi menambahkan, hingga tahun 2016 ini hanya perusahaan mereka di Indonesia yang masih bertahan berproduksi batubara dengan kalori 3400 GAR dengan harga yang sedang anjlok.

Berbagai upaya untuk bertahan telah dilakukan managemen perusahaan mereka agar tetap berproduksi, disamping juga mempertimbangkan keberlanjutan investasi di kawasan konsesi tambang berada di wilayah Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya.

"Kita masih bertahan karena ini menyangkut investasi di Aceh agar tetap terjaga, prediksi harga batubara membaik kita tidak bisa, tapi pengamat ekonomi menyatakan kondisi seperti ini diprediksi 2-3 tahun kedepan," katanya menambahkan.

Pewarta: Pewarta : Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016