Selama bulan suci Ramadhan, sebagian masyarakat Aceh melaksanakan tradisi suluk untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sang pencipta sekaligus meminta ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan.
Tradisi suluk yang disebut tawajjuh zikir ismu zat fi qalbi atau berzikir dalam hati ini lazimnya dilaksanakan di dayah tradisional, yakni tempat pengajian dan pendidikan agama Islam, salah satunya Dayah Darul Aman di Desa Lampuuk, Darussalam, Aceh Besar.
Darul Aman sudah rutin menjadi tempat penyelenggara suluk sejak tahun 2002. Tradisi suluk ini diajarkan langsung oleh Abu Haji Zakaria Muhammad Adam murid dari Abu Lueng Ie yang beliau juga merupakan murid dari Syekh Muda Waly.
Baca juga: Suluk, berdzikir memohon ampunan saat Ramadhan
Suluk di Darul Aman berlangsung selama 40 hari, tetapi jemaah suluk bisa juga memilih untuk mengikuti suluk selama 10 hari atau 20 hari. Selama itu, mereka akan meninggalkan perkara duniawi untuk berzikir memohon pengampunan kepada Sang Pencipta.
Aktivitas sehari-hari diisi dengan kegiatan beribadah baik dari yang wajib sampai sunnah. Usai menunaikan shalat fardhu, jamaah suluk akan larut melantunkan zikir serta selawat kepada nabi Muhammad dengan cara menutup kepala.
"Kami menutup kepala saat berdzikir agar bisa fokus dan tidak terganggu dengan hal lain," kata Sri Mulyani, salah seorang jamaah suluk di Darul Aman.
Sri perempuan kelahiran Jakarta yang sudah lama menetap di Darussalam, Aceh Besar ini sudah rutin mengikuti tradisi penyucian jiwa di Darul Aman setiap tahun selama Ramadhan. Kegiatan itu pertama kali diikuti sebelum tahun 2004.
Ia ketagihan menjadi jamaah suluk di Darul Aman karena merasakan ketenangan selama proses penyucian jiwa itu. Karena itu tiap tahunnya, ia tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut meskipun hanya ikut selama 10 hari saja.
"Ada rasa takut selama ikut suluk saat pertama kali, tetapi saya merasa tenang sehingga membuat ketagihan dan merasa ingin melakukannya lagi. Alhamdulillah, keterusan hingga sekarang," katanya.
Baca juga: Bupati Aceh Barat bagikan bantuan kain sarung untuk jamaah Suluk
Selama suluk, jemaah diharuskan menginap di ruangan sepetak yang telah disediakan Darul Aman. Dayah itu juga menyediakan konsumsi sahur dan berbuka puasa untuk jamaah. Para jamaah cukup membayar Rp160 ribu untuk mendapatkan fasilitas tersebut selama 10 hari.
Sri mengatakan bahwa jemaah memiliki pantangan atau hal-hal yang dilarang saat suluk, yakni tidak diperkenankan makan makanan yang berdarah, berpengawet, penyedap, serta daging-dagingan.
"Makanan seperti itu dilarang dengan tujuan untuk menjaga kesehatan kami sehingga disini kami lebih banyak makan sayur-sayuran," ujarnya.
Selain itu, jamaah suluk juga tidak dibenarkan banyak berbicara, tertawa besar, dan banyak tidur. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar para jamaah memfokuskan diri dalam beribadah.
"Kita tidur cuma dua jam, lainnya beribadah. Kadang ada juga istirahat sekadar untuk mengembalikan tenaga agar kuat dan khusyuk saat beribadah," kata Sri.
Sementara itu, Wakil Ketua Dayah Darul Aman Saifullah menyampaikan, pada Ramadhan 1444 Hijriah ini ada sekitar 100 orang jamaah yang mengikuti tradisi penyucian jiwa suluk di Dayah Darul Aman.
"Sekarang jamaah mencapai 100 orang dari 80 orang sebelumnya sudah bertambah lagi," kata Saifullah.
Jemaah suluk di dayah tersebut berasal hampir dari seluruh daerah Aceh, kebanyakan berasal dari wilayah timur Aceh terutama banyak yang dari Aceh Besar dan Banda Aceh.
Usia jamaah yang mengikuti suluk pun beragam mulai dari 18 tahun hingga 60 tahun. Didominasi oleh masyarakat yang berusia 40 tahun ke atas.
"Kebanyakan jamaah sudah berumur 40 tahun ke atas, mereka yang sudah tidak banyak memiliki tanggung jawab untuk mengurus sanak keluarganya," demikian Saifullah.
Baca juga: Puluhan jamaah suluk di Aceh Jaya diperiksa kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Tradisi suluk yang disebut tawajjuh zikir ismu zat fi qalbi atau berzikir dalam hati ini lazimnya dilaksanakan di dayah tradisional, yakni tempat pengajian dan pendidikan agama Islam, salah satunya Dayah Darul Aman di Desa Lampuuk, Darussalam, Aceh Besar.
Darul Aman sudah rutin menjadi tempat penyelenggara suluk sejak tahun 2002. Tradisi suluk ini diajarkan langsung oleh Abu Haji Zakaria Muhammad Adam murid dari Abu Lueng Ie yang beliau juga merupakan murid dari Syekh Muda Waly.
Baca juga: Suluk, berdzikir memohon ampunan saat Ramadhan
Suluk di Darul Aman berlangsung selama 40 hari, tetapi jemaah suluk bisa juga memilih untuk mengikuti suluk selama 10 hari atau 20 hari. Selama itu, mereka akan meninggalkan perkara duniawi untuk berzikir memohon pengampunan kepada Sang Pencipta.
Aktivitas sehari-hari diisi dengan kegiatan beribadah baik dari yang wajib sampai sunnah. Usai menunaikan shalat fardhu, jamaah suluk akan larut melantunkan zikir serta selawat kepada nabi Muhammad dengan cara menutup kepala.
"Kami menutup kepala saat berdzikir agar bisa fokus dan tidak terganggu dengan hal lain," kata Sri Mulyani, salah seorang jamaah suluk di Darul Aman.
Sri perempuan kelahiran Jakarta yang sudah lama menetap di Darussalam, Aceh Besar ini sudah rutin mengikuti tradisi penyucian jiwa di Darul Aman setiap tahun selama Ramadhan. Kegiatan itu pertama kali diikuti sebelum tahun 2004.
Ia ketagihan menjadi jamaah suluk di Darul Aman karena merasakan ketenangan selama proses penyucian jiwa itu. Karena itu tiap tahunnya, ia tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut meskipun hanya ikut selama 10 hari saja.
"Ada rasa takut selama ikut suluk saat pertama kali, tetapi saya merasa tenang sehingga membuat ketagihan dan merasa ingin melakukannya lagi. Alhamdulillah, keterusan hingga sekarang," katanya.
Baca juga: Bupati Aceh Barat bagikan bantuan kain sarung untuk jamaah Suluk
Selama suluk, jemaah diharuskan menginap di ruangan sepetak yang telah disediakan Darul Aman. Dayah itu juga menyediakan konsumsi sahur dan berbuka puasa untuk jamaah. Para jamaah cukup membayar Rp160 ribu untuk mendapatkan fasilitas tersebut selama 10 hari.
Sri mengatakan bahwa jemaah memiliki pantangan atau hal-hal yang dilarang saat suluk, yakni tidak diperkenankan makan makanan yang berdarah, berpengawet, penyedap, serta daging-dagingan.
"Makanan seperti itu dilarang dengan tujuan untuk menjaga kesehatan kami sehingga disini kami lebih banyak makan sayur-sayuran," ujarnya.
Selain itu, jamaah suluk juga tidak dibenarkan banyak berbicara, tertawa besar, dan banyak tidur. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar para jamaah memfokuskan diri dalam beribadah.
"Kita tidur cuma dua jam, lainnya beribadah. Kadang ada juga istirahat sekadar untuk mengembalikan tenaga agar kuat dan khusyuk saat beribadah," kata Sri.
Sementara itu, Wakil Ketua Dayah Darul Aman Saifullah menyampaikan, pada Ramadhan 1444 Hijriah ini ada sekitar 100 orang jamaah yang mengikuti tradisi penyucian jiwa suluk di Dayah Darul Aman.
"Sekarang jamaah mencapai 100 orang dari 80 orang sebelumnya sudah bertambah lagi," kata Saifullah.
Jemaah suluk di dayah tersebut berasal hampir dari seluruh daerah Aceh, kebanyakan berasal dari wilayah timur Aceh terutama banyak yang dari Aceh Besar dan Banda Aceh.
Usia jamaah yang mengikuti suluk pun beragam mulai dari 18 tahun hingga 60 tahun. Didominasi oleh masyarakat yang berusia 40 tahun ke atas.
"Kebanyakan jamaah sudah berumur 40 tahun ke atas, mereka yang sudah tidak banyak memiliki tanggung jawab untuk mengurus sanak keluarganya," demikian Saifullah.
Baca juga: Puluhan jamaah suluk di Aceh Jaya diperiksa kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023