Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan ke 78 Republik Indonesia, sejumlah warga Provinsi Aceh beralih profesi menjadi penjual atribut bendera merah putih selama sekitar satu bulan.
"Kalau sehari-hari saya ini tukang becak, dan juga jadi tukang tambal ban. Tapi untuk sebulan ini menjual bendera merah putih," kata salah seorang penjual bendera Marjohan (52), di Banda Aceh, Kamis.
Marjohan mengaku sudah lama menjadi penjual bendera merah putih setiap momen peringatan hari kemerdekaan, yakni sejak 2015.
Baca juga: Penjual Bendera Raup Untung Rp1 Juta/Hari
Tahun ini Marjohan sudah mulai menjual bendera merah putih serta atribut lainnya sejak 27 Juli dan terakhir nanti pada 16 Agustus 2023.
Ia menyampaikan, rela meninggalkan pekerjaan sehari-hari sebagai tukang becak dan tambal ban karena dengan menjual bendera sebulan ini bisa meningkatkan pendapatannya, meskipun tidak terlalu banyak.
"Kondisi hari ini, pendapatan di becak belum tentu dapat Rp50 ribu sehari, kalau menjual bendera ini adalah sekitar Rp200 sampai Rp500 ribu per hari tergantung dari lakunya," ujarnya.
Marjohan menjelaskan, adapun atribut merah putih yang dijualnya itu bermacam, mulai dari bendera, umbul-umbul, baground dan lainnya.
Untuk bendera, ukuran 90 cm itu biasanya dijual dengan harga Rp30 ribu per lembar, sedangkan baground Rp300 sampai 400 ribu tergantung jenisnya.
Dagangan Marjohan tersebut bukan milik sendiri, ia hanya bekerja menjual saja barang milik orang lain. Apalagi modalnya cukup tinggi, dan barangnya langsung dipesan dari Bandung.
"Kalau saya ini barang nya milik orang lain, saya hanya menjual saja, nanti saya hanya dapat persen dari total penjualan," kata Marjohan.
Sementara itu, salah seorang penjual atribut kemerdekaan di depan Taman Budaya Banda Aceh Fitri Andriani sehari-hari merupakan seorang guru mengaji di salah satu dayah di Langsa.
Namun, khusus menyambut hari kemerdekaan setiap tahunnya ia beralih menjadi penjual bendera atau atribut merah putih ke ibu kota provinsi Aceh.
Atribut yang dijualnya itu mulai dari bendera merah putih besar hingga kecil, bendera gantungan di kendaraan, background gedung serta dalam bentuk aksesoris lainnya.
"Bendera-bendera ini ada yang kami jahit sendiri seperti untuk yang kain katun, dan juga ada yang pesan seperti kain background dan bendera kain saten ," kata Fitri.
Fitri menjelaskan, atribut tersebut dijual dengan harga yang berbeda-beda mulai dari bendera terkecil Rp5.000 per lembar hingga sampai Rp400 ribu.
Pembeli, kata Fitri, mulai dari orang perkantoran hingga masyarakat umum yang ingin menaikkan bendera di depan rumah mereka, dan yang banyak untuk dinaikkan di rumah.
Fitri menuturkan, pada peringatan HUT ini ia merasakan sedikit sepi pembeli ketimbang tahun sebelumnya, di mana tahun lalu ia mampu meraup omzet hingga Rp60 juta hingga 18 Agustus.
"Tahun ini sepi pembeli, sampai hari ini saya hitung untuk laba bersih sekitar Rp6 juta, kalau dulu bersihnya sampai Rp23 juta," demikian Fitri.
Baca juga: Penjual bendera merah putih mulai menjamur di Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Kalau sehari-hari saya ini tukang becak, dan juga jadi tukang tambal ban. Tapi untuk sebulan ini menjual bendera merah putih," kata salah seorang penjual bendera Marjohan (52), di Banda Aceh, Kamis.
Marjohan mengaku sudah lama menjadi penjual bendera merah putih setiap momen peringatan hari kemerdekaan, yakni sejak 2015.
Baca juga: Penjual Bendera Raup Untung Rp1 Juta/Hari
Tahun ini Marjohan sudah mulai menjual bendera merah putih serta atribut lainnya sejak 27 Juli dan terakhir nanti pada 16 Agustus 2023.
Ia menyampaikan, rela meninggalkan pekerjaan sehari-hari sebagai tukang becak dan tambal ban karena dengan menjual bendera sebulan ini bisa meningkatkan pendapatannya, meskipun tidak terlalu banyak.
"Kondisi hari ini, pendapatan di becak belum tentu dapat Rp50 ribu sehari, kalau menjual bendera ini adalah sekitar Rp200 sampai Rp500 ribu per hari tergantung dari lakunya," ujarnya.
Marjohan menjelaskan, adapun atribut merah putih yang dijualnya itu bermacam, mulai dari bendera, umbul-umbul, baground dan lainnya.
Untuk bendera, ukuran 90 cm itu biasanya dijual dengan harga Rp30 ribu per lembar, sedangkan baground Rp300 sampai 400 ribu tergantung jenisnya.
Dagangan Marjohan tersebut bukan milik sendiri, ia hanya bekerja menjual saja barang milik orang lain. Apalagi modalnya cukup tinggi, dan barangnya langsung dipesan dari Bandung.
"Kalau saya ini barang nya milik orang lain, saya hanya menjual saja, nanti saya hanya dapat persen dari total penjualan," kata Marjohan.
Sementara itu, salah seorang penjual atribut kemerdekaan di depan Taman Budaya Banda Aceh Fitri Andriani sehari-hari merupakan seorang guru mengaji di salah satu dayah di Langsa.
Namun, khusus menyambut hari kemerdekaan setiap tahunnya ia beralih menjadi penjual bendera atau atribut merah putih ke ibu kota provinsi Aceh.
Atribut yang dijualnya itu mulai dari bendera merah putih besar hingga kecil, bendera gantungan di kendaraan, background gedung serta dalam bentuk aksesoris lainnya.
"Bendera-bendera ini ada yang kami jahit sendiri seperti untuk yang kain katun, dan juga ada yang pesan seperti kain background dan bendera kain saten ," kata Fitri.
Fitri menjelaskan, atribut tersebut dijual dengan harga yang berbeda-beda mulai dari bendera terkecil Rp5.000 per lembar hingga sampai Rp400 ribu.
Pembeli, kata Fitri, mulai dari orang perkantoran hingga masyarakat umum yang ingin menaikkan bendera di depan rumah mereka, dan yang banyak untuk dinaikkan di rumah.
Fitri menuturkan, pada peringatan HUT ini ia merasakan sedikit sepi pembeli ketimbang tahun sebelumnya, di mana tahun lalu ia mampu meraup omzet hingga Rp60 juta hingga 18 Agustus.
"Tahun ini sepi pembeli, sampai hari ini saya hitung untuk laba bersih sekitar Rp6 juta, kalau dulu bersihnya sampai Rp23 juta," demikian Fitri.
Baca juga: Penjual bendera merah putih mulai menjamur di Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023