Sejumlah pakar, akademisi dan peneliti bidang kelautan dan perikanan dunia ikut menghadiri konferensi internasional perikanan dan kelautan atau International Conference on Fisheries and Environmental Sciences (ICFAES) 2023 yang digelar Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
"Jadi ICFAES ini adalah konferensi tahunan yang rutin setiap tahun dilaksanakan oleh Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala," kata Ketua Panitia ICFAES Ilham Zulfahmi di Banda Aceh, Rabu.
Adapun beberapa pakar dan peneliti dunia bidang kelautan dan perikanan tersebut di antaranya Prof Li Jun He dari East China Normal University, China. Kemudian Dr Mahmudur Rahman dari University of Newcastle, Australia.
Baca juga: Pangkalan PSDKP Lampulo gelar Bulan Bhakti Kelautan dan Perikanan
Selanjutnya, Mikhail Solovyev PhD dari Russian Academy of Science, Russia serta perwakilan Indonesia yakni Dr Muhammad Irham dari Universitas Syiah Kuala. Konferensi ini berlangsung secara luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring).
“Kita mengundang pembicara utama dari luar negeri ini, terutama dari negara maju, agar bisa berbagi hasil penelitian, kebijakan, teknologi, yang mungkin teknologi dan kebijakan itu mungkin adaptif juga untuk kita terapkan di tempat kita,” ujarnya.
Dosen FKP USK itu mengatakan konferensi tahun ini mengambil tema sistem terpadu dalam bidang kelautan dan perikanan untuk mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Maka, lanjut Ilham, dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan tersebut, sangat dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik dari swasta, pemerintah, maupun universitas, yang tentunya dengan peran dan tugas masing-masing.
"Ini sangat urgent kita lakukan mengingat berbagai perkembangan yang bisa mengancam kelestarian laut, seperti adanya pembangunan, adanya pemanasan global, yang itu bisa berdampak pada kesehatan lingkungan laut," ujarnya.
Selain itu, kata Ilham, konferensi ini juga menjadi wadah bagi peneliti atau dosen-dosen di seluruh Indonesia untuk memaparkan hasil penelitiannya, yang dipresentasikan baik secara langsung (luring) maupun secara daring via zoom.
“Kita berharap konferensi ini memberikan dampak positif, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat perikanan,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengatakan konferensi internasional itu sangat penting dilakukan dalam upaya membangun sistem terpadu di sektor kelautan dan perikanan guna mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Kata dia, sistem terpadu sektor kelautan dan perikanan mengacu pada pendekatan holistik yang menggabungkan berbagai elemen manajemen, teknologi, dan kebijakan untuk mendorong praktik berkelanjutan dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari sumber daya kelautan dan perikanan.
Lanjut dia, sistem terintegrasi selaras dengan SDGs poin kehidupan di bawah air, yang berfokus pada konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. Tentunya dalam membantu mencegah penangkapan ikan berlebihan, melindungi habitat laut, dan melestarikan keanekaragaman hayati.
“Oleh karena itu, seminar internasional ini penting untuk dapat mendorong para peneliti dan praktisi kelautan dan perikanan berbagi pengetahuan, kebijakan, dan teknologi,” ujarnya.
Baca juga: Nelayan Simeulue masih andalkan alat tangkap tradisional
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Jadi ICFAES ini adalah konferensi tahunan yang rutin setiap tahun dilaksanakan oleh Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala," kata Ketua Panitia ICFAES Ilham Zulfahmi di Banda Aceh, Rabu.
Adapun beberapa pakar dan peneliti dunia bidang kelautan dan perikanan tersebut di antaranya Prof Li Jun He dari East China Normal University, China. Kemudian Dr Mahmudur Rahman dari University of Newcastle, Australia.
Baca juga: Pangkalan PSDKP Lampulo gelar Bulan Bhakti Kelautan dan Perikanan
Selanjutnya, Mikhail Solovyev PhD dari Russian Academy of Science, Russia serta perwakilan Indonesia yakni Dr Muhammad Irham dari Universitas Syiah Kuala. Konferensi ini berlangsung secara luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring).
“Kita mengundang pembicara utama dari luar negeri ini, terutama dari negara maju, agar bisa berbagi hasil penelitian, kebijakan, teknologi, yang mungkin teknologi dan kebijakan itu mungkin adaptif juga untuk kita terapkan di tempat kita,” ujarnya.
Dosen FKP USK itu mengatakan konferensi tahun ini mengambil tema sistem terpadu dalam bidang kelautan dan perikanan untuk mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Maka, lanjut Ilham, dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan tersebut, sangat dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik dari swasta, pemerintah, maupun universitas, yang tentunya dengan peran dan tugas masing-masing.
"Ini sangat urgent kita lakukan mengingat berbagai perkembangan yang bisa mengancam kelestarian laut, seperti adanya pembangunan, adanya pemanasan global, yang itu bisa berdampak pada kesehatan lingkungan laut," ujarnya.
Selain itu, kata Ilham, konferensi ini juga menjadi wadah bagi peneliti atau dosen-dosen di seluruh Indonesia untuk memaparkan hasil penelitiannya, yang dipresentasikan baik secara langsung (luring) maupun secara daring via zoom.
“Kita berharap konferensi ini memberikan dampak positif, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat perikanan,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengatakan konferensi internasional itu sangat penting dilakukan dalam upaya membangun sistem terpadu di sektor kelautan dan perikanan guna mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Kata dia, sistem terpadu sektor kelautan dan perikanan mengacu pada pendekatan holistik yang menggabungkan berbagai elemen manajemen, teknologi, dan kebijakan untuk mendorong praktik berkelanjutan dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari sumber daya kelautan dan perikanan.
Lanjut dia, sistem terintegrasi selaras dengan SDGs poin kehidupan di bawah air, yang berfokus pada konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. Tentunya dalam membantu mencegah penangkapan ikan berlebihan, melindungi habitat laut, dan melestarikan keanekaragaman hayati.
“Oleh karena itu, seminar internasional ini penting untuk dapat mendorong para peneliti dan praktisi kelautan dan perikanan berbagi pengetahuan, kebijakan, dan teknologi,” ujarnya.
Baca juga: Nelayan Simeulue masih andalkan alat tangkap tradisional
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023