Bank Indonesia Provinsi Aceh terus berupaya mengantisipasi peningkatan laju inflasi di daerah paling barat Indonesia itu pada 2024 yang diperkirakan masih tinggi, terutama dari kelompok volatile food (komponen bergejolak).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Jumat, mengatakan inflasi Aceh pada 2023 terendah secara nasional yakni 1,53 persen, sedangkan inflasi nasional sebesar 2,61 persen. Karena itu, pada tahun ini terdapat resiko base effect pada inflasi yang perlu diantisipasi.

“Inflasi Aceh (2023, red) terendah secara nasional. Dan itu juga menembus batas bawah. Artinya sangat berat untuk menjaga inflasi dalam level yang sama,” kata Rony.

Ia menjelaskan, pada Maret 2024, inflasi Aceh sebesar 3,25 persen secara year on year (yoy) atau 0,48 persen month to month (mtm). Inflasi Aceh masih berada pada target inflasi nasional 2,5 plus minus 1 persen, meski di tengah penambahan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) baru dan perubahan tahun dasar.

Namun demikian, kabupaten/kota IHK baru perlu diwaspadai karena cenderung memiliki inflasi yang tinggi secara yoy apabila melihat pola inflasi Januari - Maret 2024.

Sebab itu, menurut Rony, upaya pengendalian inflasi terus dilakukan di Aceh bersama  Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di setiap daerah. Dengan terus mengimplementasikan strategi 4K yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

“Artinya barang akan stabil mulai dari hulunya, bagaimana distribusinya, tidak ada hambatan hal lain, sampai ke masyarakat, di pasar tradisional dijaga dengan harga terkendali dalam sasaran. Sasaran sekarang lebih rendah lagi yaitu 2,5 plus minus 1 persen,” ujarnya.

Saat ini, ada lima kota IHK di Aceh yakni Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh Barat, Aceh Tamiang dan Aceh Tengah. Penambahan dua kota inflasi Aceh Tengah dan Aceh Tamiang mulai 2024 ini sebagaimana tindak lanjut dari tahun dasar baru.

Sebelumnya, Guru Besar Universitas Lampung Prof Dr Ir Bustanul Arifin M Sc menyebut untuk inflasi volatile food masih cukup tinggi baik Aceh maupun secara nasional. 

Untuk Aceh, kata dia, melihat dari data inflasi Aceh pada 2023 yang sangat rendah yakni 1,53 persen, maka pada tahun ini sangat memungkinkan terjadi laju inflasi yang tinggi.

“Kalau inflasi rendah 2023, kemungkinan 2024 tinggi, terutama dari pangan. Kalau (harga) beras tidak bisa dikendalikan bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Sebab itu, Prof Bustanul mendorong agar Aceh untuk mampu menggenjot industrialisasi dan hilirisasi terutama sektor pertanian yang menyumbang paling besar PDRB Aceh, namun tetap dengan menjaga agar tidak menimbulkan inflasi yang terlalu tinggi.

“Inflasi itu seperti tekanan darah, terlalu tinggi tidak baik, terlalu rendah juga tidak baik. Jadi enggak harus ditekan serendah-rendahnya, jadi sedang-sedang saja,” ujarnya.

Baca juga: Aceh inflasi 3,25 persen pada Maret, beras dan cabai merah jadi penyumbang

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024