Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Aceh mengaku fokus memantau wilayah rawan terbakar, terutama di kawasan hutan dan lahan bergambut akibat musim kemarau panjang.

"Wilayah yang memiliki hutan dan lahan gambut, mendapat perhatian serius dari kami saat ini," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Yusmadi di Banda Aceh, Kamis.

Menurutnya, kawasan bergambut lebih rentan terbakar akibat ulah sekelompok orang yang tidak bertangung jawab seperti untuk pembukaan lahan.

Pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat demi mengetahui lokasi titik panas terutama pada 23 kabupaten/kota di Aceh.

BMKG melalui satelit baik Terra maupun Aqua mampu mendeteksi titik panas hingga tingkat kecamatan, atau dimana lokasi sumber titik tersebut berada.

Data terakhir BMKG Aceh menyebut, Selasa (22/8), satelit mendeteksi 17 titik panas di enam kabupaten. Lalu pada Rabu (23/8), tiga titik panas di satu kabupaten, dan Kamis (24/8), tiga titik panas itu masih bertahan.  
    
"Pekan ini, titik panas memang mulai muncul di Aceh. Tapi, kami masih tunggu perkembangan dan laporan dari daerah terbakar," katanya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nagan Raya, Teuku Rahmadsyah kemarin melaporkan, sekitar 10 hektare lahan gambut di wilayahnya terbakar.

Ia mengaku, tepatnya di Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, terbakar sehingga menyebabkan terjadinya kabut asap pada malam hari.

"Lokasi kebakaran lahan, sulit dijangkau. Karena medan jalan sulit diterobos, oleh armada pemadam kebakaran. Namun, tetap dilakukan upaya penanganan berupa pemadaman dengan cara-cara lain," ucapnya.

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017