Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Aceh mengajak masyarakat untuk terus memperkuat mitigasi bencana karena provinsi ujung barat Indonesia tersebut merupakan daerah rawan bencana.
"Aceh merupakan wilayah rawan bencana. Mitigasi bencana ini merupakan upaya mengurangi dampak dari sebuah bencana. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk terus memperkuat kemampuan mitigasi bencana," kata Ketua FPRB Aceh Hasan Dibangka di Banda Aceh, Senin.
Untuk memperkuat mitigasi bencana, kata dia, bisa dilakukan dengan pelatihan atau simulasi secara berkala. Simulasi bisa dilakukan secara personal maupun berkelompok masyarakat.
"Dengan memperkuat mitigasi bencana, maka akan lahir masyarakat tangguh bencana. Ketangguhan bencana ini menjadi penting karena Aceh berada di wilayah rawan bencana," katanya.
Selain itu, Hasan Dibangka menyebutkan pihaknya terus mendorong mitigasi bencana masuk dalam ekstrakurikuler di sekolah. Dengan menjadi ekstrakurikuler, maka mitigasi bencana akan lebih sering disimulasikan kepada peserta didik di sekolah.
"Sebelumnya, kami pernah mengusulkan mitigasi bencana masuk kurikulum di sekolah Namun, usulan tersebut kami rasa tidak efektif dan hanya akan membebani peserta didik. Jadi lebih baik mitigasi bencana masuk ekstrakurikuler," katanya.
Menurutnya, mitigasi bencana adalah bagaimana mengurangi dampak jika terjadi bencana. Mitigasi ini dapat terwujud jika peserta didik sering ikut pelatihan seperti simulasi, bukan belajar secara teoretis.
"Jadi, mitigasi bencana harus terus diajarkan secara praktik. Dengan menjadi ekstrakurikuler, maka sekolah lebih sering praktik langsung belajar menghadapi bencana, sehingga menjadi peserta didik siap ketika terjadi bencana," kata Hasan Dibangka.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Aceh merupakan wilayah rawan bencana. Mitigasi bencana ini merupakan upaya mengurangi dampak dari sebuah bencana. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk terus memperkuat kemampuan mitigasi bencana," kata Ketua FPRB Aceh Hasan Dibangka di Banda Aceh, Senin.
Untuk memperkuat mitigasi bencana, kata dia, bisa dilakukan dengan pelatihan atau simulasi secara berkala. Simulasi bisa dilakukan secara personal maupun berkelompok masyarakat.
"Dengan memperkuat mitigasi bencana, maka akan lahir masyarakat tangguh bencana. Ketangguhan bencana ini menjadi penting karena Aceh berada di wilayah rawan bencana," katanya.
Selain itu, Hasan Dibangka menyebutkan pihaknya terus mendorong mitigasi bencana masuk dalam ekstrakurikuler di sekolah. Dengan menjadi ekstrakurikuler, maka mitigasi bencana akan lebih sering disimulasikan kepada peserta didik di sekolah.
"Sebelumnya, kami pernah mengusulkan mitigasi bencana masuk kurikulum di sekolah Namun, usulan tersebut kami rasa tidak efektif dan hanya akan membebani peserta didik. Jadi lebih baik mitigasi bencana masuk ekstrakurikuler," katanya.
Menurutnya, mitigasi bencana adalah bagaimana mengurangi dampak jika terjadi bencana. Mitigasi ini dapat terwujud jika peserta didik sering ikut pelatihan seperti simulasi, bukan belajar secara teoretis.
"Jadi, mitigasi bencana harus terus diajarkan secara praktik. Dengan menjadi ekstrakurikuler, maka sekolah lebih sering praktik langsung belajar menghadapi bencana, sehingga menjadi peserta didik siap ketika terjadi bencana," kata Hasan Dibangka.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024