Kutacane (ANTARA Aceh) - Telah satu bulan lebih pupuk atau penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah menjadi barang langka terutama bagi petani di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.
"Pupuk urea bersubsidi sangat sulit di dapat, sehingga kami resah. Sebab usia tanaman jangung saya, sudah harus di pupuk," ujar Abdurrahman Maha (55), warga Desa Lawe Dua, Aceh Tenggara, Rabu.
Masa-masa awal proses penanaman tersebut, lanjutnya, maka tanaman jenis jangung, kakao, padi, dan lainnya sangat membutuhkan suplai pupuk jenis urea.
Ia mengklaim, persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi baik jenis urea dan NPK terjadi di seluruh atau 16 kecamatan di Aceh Tenggara dengan jumlah 385 desa.
Faktanya hingga kini, pihaknya mencari pupuk subsidi pemerintah baik ke kios-kios penyalur walau berada di luar wilayah Kecamatan Bukit Tusam, tapi ketersediaan pupuk tetap tidak ada.
"Untuk memperoleh pupuk jenis urea, kami telah mencarinya sampai di luar kecamatan tempat tinggal kami. Akan tetapi kios-kios penyalur di sana, juga tidak tersedia pupuk," terangnya.
"Sehingga saat ini, kami tidak tahu lagi harus pergi kemana mencari pupuk. Ini sudah hampit sebulan," ungkap Abdurrahman.
Ibrahim (45), petani lainnya di Aceh Tenggara mengatakan, akibat ketiadaan pupuk, maka para petani kakao dan karet setempat, tidak bisa memberikan penyubur tanaman bagi tanaman mereka.
"Entah menapa, sudah hampir satu bulan ini sangat sulit untuk mendapatkan pupuk jenis NPK bagi kebutuhan tanaman kakao saya," katanya.
Bupati Aceh Tenggara, Raidin Pinim pertengahan bulan ini telah meminta penambahan kuota pupuk urea bersubsidi 1.000 ton untuk disalurkan dalam waktu dekat ini.
Pihaknya juga kepada aparat terkait seperti "Komisi Pengawasan Pupuk dan Pertisida (KP3), dan masyarakat setempat untuk penyaluran pupuk urea bersubsidi tersebut.
"Harus diawasi pendistribusian pupuk bersubsidi terutama di pedesaan. Mulai dari tingkat distributor sampai ke tingkat pengencer, agar petani Agara (Aceh Tenggara) tidak terancam gagal panen," tegas Raidin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017
"Pupuk urea bersubsidi sangat sulit di dapat, sehingga kami resah. Sebab usia tanaman jangung saya, sudah harus di pupuk," ujar Abdurrahman Maha (55), warga Desa Lawe Dua, Aceh Tenggara, Rabu.
Masa-masa awal proses penanaman tersebut, lanjutnya, maka tanaman jenis jangung, kakao, padi, dan lainnya sangat membutuhkan suplai pupuk jenis urea.
Ia mengklaim, persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi baik jenis urea dan NPK terjadi di seluruh atau 16 kecamatan di Aceh Tenggara dengan jumlah 385 desa.
Faktanya hingga kini, pihaknya mencari pupuk subsidi pemerintah baik ke kios-kios penyalur walau berada di luar wilayah Kecamatan Bukit Tusam, tapi ketersediaan pupuk tetap tidak ada.
"Untuk memperoleh pupuk jenis urea, kami telah mencarinya sampai di luar kecamatan tempat tinggal kami. Akan tetapi kios-kios penyalur di sana, juga tidak tersedia pupuk," terangnya.
"Sehingga saat ini, kami tidak tahu lagi harus pergi kemana mencari pupuk. Ini sudah hampit sebulan," ungkap Abdurrahman.
Ibrahim (45), petani lainnya di Aceh Tenggara mengatakan, akibat ketiadaan pupuk, maka para petani kakao dan karet setempat, tidak bisa memberikan penyubur tanaman bagi tanaman mereka.
"Entah menapa, sudah hampir satu bulan ini sangat sulit untuk mendapatkan pupuk jenis NPK bagi kebutuhan tanaman kakao saya," katanya.
Bupati Aceh Tenggara, Raidin Pinim pertengahan bulan ini telah meminta penambahan kuota pupuk urea bersubsidi 1.000 ton untuk disalurkan dalam waktu dekat ini.
Pihaknya juga kepada aparat terkait seperti "Komisi Pengawasan Pupuk dan Pertisida (KP3), dan masyarakat setempat untuk penyaluran pupuk urea bersubsidi tersebut.
"Harus diawasi pendistribusian pupuk bersubsidi terutama di pedesaan. Mulai dari tingkat distributor sampai ke tingkat pengencer, agar petani Agara (Aceh Tenggara) tidak terancam gagal panen," tegas Raidin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017