Langsa (Antaranews) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) "Bale Juroeng" yang berkonsentrasi pada isu lingkungan hidup telah berhasil menyelematkan puluhan hektare tanaman mangrove (bakau) yang berada di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Ketua LSM Bale Juroeng, H Iskandar Haka di Langsa, Rabu mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan reboisasi terhadap 12 hektare hutan mangrove di Desa Aramia, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 54 hektare bakau direstorasi di Desa Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

"Perlahan kita terus berjalan sesuai kemampuan lembaga. Alhamdulillah kini sudah 12 hektare berhasil direboisasi di atas lahan yang telah dibeli oleh LSM Bale Juroeng," tutur Iskandar Haka.

Menurut Iskandar, pembelian lahan di Aramia sekitar 10 tahun lalu melalui swadaya lembaga dan masyarakat. Sementara, program pembibitan dan perawatan juga terus dilakukan.

"Kami mulai membangun pusat informasi mangrove di Aramia sejak tahun 2008. Awalnya hanya tujuh hektare dan kini terus bertambah," urai Iskandar.

Selama ini, dalam menunjang aktivitasnya, Iskandar mengaku mendapat sokongan dan bantuan dari Diaconie yang merupakan lembaga donor asal Jerman, ada pula swadaya masyarakat dan dukungan dari pemerintah daerah serta bantuan bibit yang bersumber dari dana CSR PTPN I.

Pada areal mangrove di Aramia, lanjut dia, sedikitnya terdapat 32 jenis tanaman bakau yang ada di lahan milik LSM Balee Juroeng. 

Dijelaskan, hutan mangrove yang berada di Aramia diperuntukkan sebagai wahana edukasi terhadap masyarakat, akan pentingnya kelestarian hutan bakau.

Sedangkan keberadaan mangrove di Kuala Langsa masih terus direstorasi sampai dua atau tiga tahun mendatang. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan agar seluruh hutan bakau bisa kembali seperti sediakala.

Kedepan, lanjut dia, hutan mangrove di Kuala Langsa, jika sudah selesai dilakukan restorasi dalam kurun waktu dua tahun lagi, bisa dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari yang dapat menunjang program kepariwisataan dan kemaritiman.

Selama ini, kata Iskandar, kawasan mangrove banyak dirusak oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan arang dan lainnya.

Inilah yang terus disosialisasikan pihaknya kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan tumbuhan mangrove, yakni sebagai pertahanan garis pantai, berpengaruh terhadap pasang surut air laut dan erosi akibat pengikisan permukaan tanah akibat hempasan ombak.

"Akarnya mampu mengendapkan lumpur sehingga dapat mencegah terjadinya instrusi air laut ke daratan serta mencegah terjadinya erosi dan abrasi," jelas Iskandar Haka.

Disamping itu, mangrove berfungsi sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida. Kemudian secara fungsi biologi dapat menjadi kawasan asuhan atau pemijahan bagi hewan yang biasa berkembang biak di areal hutan mangrove, seperti udang, ikan, kepiting dan ikan.

"Mangrove memiliki sejumlah kegunaan bagi kehidupan kita, baik sebagai fungsi edukasi, biologi, maupun ekonomi," kata Iskandar.


Pewarta: Putra Zulfirman

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018