Kutacane (Antaranews Aceh) - Sejumlah pelaku industri pariwisata di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, menyebut objek wisata Ketambe terkenal dengan sebutan paru-paru dunia masih minim perhatian dari pemerintah terutama dalam mempromosikan kepada wisatawan mancanegara.
"Kalau tamu asing, sekarang telah jauh berkurang dibanding 1990-an. Dalam satu bulan, paling cuma tiga atau empat orang," kata pengelola Guest House Pak Mus, Mus Muliadi di Ketambe, Aceh Tenggara, Rabu.
Secara umum, lanjut dia, wisatawan mancanegara menurun drastis akibat pemilik penginapan sendiri harus memperkenalkan objek wisata sebagai paru-paru dunia, karena berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Padahal warga setempat sangat berharap bantuan dan perhatian dari pemerintah mulai tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat untuk mempromosikan objek wisata Ketambe ini, sehingga perekonomian bisa hidup.
Terdapat beberapa paket wisata alam yang ditawarkan, mulai dari "trekking" ke TNGL, "rafting" di Sungai Alas, "bird watching", "trekking di hutan hujan, dan bahkan sampai "night trekking".
Selerti diketahui, saat ini Ketambe telah dikenal sebagai lokasi riset bagi peneliti baik dalam dan luar negeri karena kekayaan flora dan fauna, serta Sungai Alas terkenal ganas cocok bagi arung jeram.
"Promosi, terutama. Sehingga turis asing yang kemari bisa lebih banyak lagi. Selama ini, `traveller` umumnya cuma tahu dari mulut ke mulut. Biasanya mereka merekomendasikan Ketambe ini, dan warga yang bisa dihubungi," kata pemilik Guest House Pak Mus ini.
Ismail, pengelola Villa Leuser Guest House mengatakan, akibat kurang bentuk promosi Ketambe di luar negeri, maka pihaknya terpaksa mengandalkan fasilitas internet dan media sosial.
Ketambe sendiri terletak di kaki Gunung Leuser di Aceh Tenggara atau sekitar 20 kilometer sebelah Barat dari Kutacane, dan merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai hutan tropis dan kaya akan cagar alam hayati.
"Turis pun, saat ini jauh berkurang. Seperti bulan ini, ada yang sudah konfirmasi sekitar tiga orang dari Swedia dan harus kami jemput dari (Bandara) Kualanamu," tuturnya.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Ramadhani sebelumnya mengatakan, pihaknya akan menjadikan "Aceh Leuser International Rafting Chanpionship" sebagai agenda tahunan dalam memperkenalkan Ketambe di mata dunia internasional.
"Kami mengupayakan, setiap tahun akan ada perlombaan arung jeram tingkat international di Sungai Alas. Selain arung jeram, peserta juga dapat menikmati indahnya TNGL dengan beragam tanaman dan satwa yang ada," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Kalau tamu asing, sekarang telah jauh berkurang dibanding 1990-an. Dalam satu bulan, paling cuma tiga atau empat orang," kata pengelola Guest House Pak Mus, Mus Muliadi di Ketambe, Aceh Tenggara, Rabu.
Secara umum, lanjut dia, wisatawan mancanegara menurun drastis akibat pemilik penginapan sendiri harus memperkenalkan objek wisata sebagai paru-paru dunia, karena berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Padahal warga setempat sangat berharap bantuan dan perhatian dari pemerintah mulai tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat untuk mempromosikan objek wisata Ketambe ini, sehingga perekonomian bisa hidup.
Terdapat beberapa paket wisata alam yang ditawarkan, mulai dari "trekking" ke TNGL, "rafting" di Sungai Alas, "bird watching", "trekking di hutan hujan, dan bahkan sampai "night trekking".
Selerti diketahui, saat ini Ketambe telah dikenal sebagai lokasi riset bagi peneliti baik dalam dan luar negeri karena kekayaan flora dan fauna, serta Sungai Alas terkenal ganas cocok bagi arung jeram.
"Promosi, terutama. Sehingga turis asing yang kemari bisa lebih banyak lagi. Selama ini, `traveller` umumnya cuma tahu dari mulut ke mulut. Biasanya mereka merekomendasikan Ketambe ini, dan warga yang bisa dihubungi," kata pemilik Guest House Pak Mus ini.
Ismail, pengelola Villa Leuser Guest House mengatakan, akibat kurang bentuk promosi Ketambe di luar negeri, maka pihaknya terpaksa mengandalkan fasilitas internet dan media sosial.
Ketambe sendiri terletak di kaki Gunung Leuser di Aceh Tenggara atau sekitar 20 kilometer sebelah Barat dari Kutacane, dan merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai hutan tropis dan kaya akan cagar alam hayati.
"Turis pun, saat ini jauh berkurang. Seperti bulan ini, ada yang sudah konfirmasi sekitar tiga orang dari Swedia dan harus kami jemput dari (Bandara) Kualanamu," tuturnya.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Ramadhani sebelumnya mengatakan, pihaknya akan menjadikan "Aceh Leuser International Rafting Chanpionship" sebagai agenda tahunan dalam memperkenalkan Ketambe di mata dunia internasional.
"Kami mengupayakan, setiap tahun akan ada perlombaan arung jeram tingkat international di Sungai Alas. Selain arung jeram, peserta juga dapat menikmati indahnya TNGL dengan beragam tanaman dan satwa yang ada," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018