Kutacane (Antaranews Aceh) - Sejumlah pelaku pariwisata menyatakan, wisatawan mancanegara masih berminat untuk kunjungi objek wisata Ketambe di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.

"Dalam sebulan, pasti adalah ke Ketambe. Terkadang tiga orang, dan bahkan lima orang," terang salah satu pengelola penginapan Ketambe, Mus Muliadi (55) di Kutacane, Senin.

Ia mengaku, secara umum wisman sangat meminati keasrian hutan yang masih alami dengan berbagai flora dan fauna yang tumbuh liar dan hidup di lahan lebih dari 450 hektare.

Wisatawan bisa menemukan orang utan Sumatera di Ketambe, tanpa harus masuk ke dalam hutan karena lazimnya ditemui pada pinggir jalan lintas yang mejadi penghubung antara Aceh Tenggara dan Gayo Lues.

Seperti diketahui, di dalam hutan Ketambe terdapat berbagai jenis primata selain orang utan seperti kukang (Nycticebus coucang), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), kedih (Presbytis thomasi), sarudung (Hylobates lar), dan siamang (Hylobates syndactylus).

"Seorang turis yang kunjungi daerah ini (Ketambe), pasti dia ingin datang lagi. Seperti akhir bulan ini, terdapat turis dari Swiss minta dijemput dari Bandara Kualanamu, Sumatera Utara," terang dia.

Alfian Ketambe (45), pengelola penginapan lainnya mengatakan, Ketambe yang terletak di kaki Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sering dijadikan salah satu destinasi wisata bagi seorang wisman, setelah mengunjungi Kota Banda Aceh dan Kota Sabang, Provinsi Aceh.

Selain melakukan kegiatan pendakian di hutan Ketambe, lanjutnya, wisman juga bisa menikmati arus liar dari sungai setempat yakni Sungai Alas melalui arung jeram.

"Tak jarang setelah lakukan pendakian, di hari berikutnya mereka menjajal liarnya arus Sungai Alas. Umumnya para turis dari Eropa dan Australia, dibanding negara di Asia," tuturnya.

Jalal (51), pemilik penginapan berujar, selama ini peran dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara pihaknya nilai sangat kurang terutama bagi pelaku pariwisata Ketambe.

"Akibatnya, seperti ini. Tetapi dalam urusan pajak, mereka (pemda setempat) tidak mau tahu. Setiap tahun, pajak yang kami bayarkan kepada pemda sebesar Rp25 juta," katanya.

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018