Lhokseumawe (Antaranews Aceh) - Kurangnya hasil tangkapan nelayan selama kurang lebih dua bulan terakhir terhadap jenis ikan teri, membuat produksi teri kering di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, turun.
Sebagaimana terlihat di kawasan pengolahan ikan teri dan ikan asin di Pantai Pusong, Kecamatan Banda Sakti, aktivitas penjemuran teri sangat kurang, bahkan di beberapa tempat pengeringan di pinggir pantai tersebut nyaris tidak ada.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Lhokseumawe Darmawan, Senin mengatakan, tangkapan teri dalam dua bulan terakhir sangat kurang bila dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya.
Jika sebelumnya, di saat nelayan pulang melaut pasti ada teri, akan tetapi bila dibandingkan dengan kondisi sekarang, nyaris tidak ada, sedangkan teri yang dijemur dengan jumlah yang terbatas saat ini, umumnya lebih banyak didapatkan melalui pukat darat, ungkap Darmawan.
Lebih lanjut dikatakan, dengan berkurangnya hasil tangkapan ikan jenis teri, maka produksi teri kering khas Kota Lhokseumawe, sangat kurang, sehingga mempengaruhi harga, yakni antara Rp70 ribu hingga Rp100 ribu/Kg.
Baca juga: Produksi kurang, harga bandeng naik di Lhokseumawe
"Bila sedang musim teri, maka harga teri dapat turun hingga Rp50 ribu/Kg. Namun jika sedang tidak musim dapat mencapai Rp100 ribu/Kg," ungkap Darmawan.
Namun, katanya, seperti kebiasan sebelumnya, tangkapan teri banyak pada bulan Maret hingga Mei. Dimana pada bulan tersebut, tangkapan teri baik yang dilakukan dengan boat besar, maupun pukat darat lebih meningkat.
"Nanti pada bulan Maret hingga Mei, diperkirakan akan memasuki musim teri, begitu juga dengan hasil tangkapannya juga lebih meningkat dibandingkan sekarang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Sebagaimana terlihat di kawasan pengolahan ikan teri dan ikan asin di Pantai Pusong, Kecamatan Banda Sakti, aktivitas penjemuran teri sangat kurang, bahkan di beberapa tempat pengeringan di pinggir pantai tersebut nyaris tidak ada.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Lhokseumawe Darmawan, Senin mengatakan, tangkapan teri dalam dua bulan terakhir sangat kurang bila dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya.
Jika sebelumnya, di saat nelayan pulang melaut pasti ada teri, akan tetapi bila dibandingkan dengan kondisi sekarang, nyaris tidak ada, sedangkan teri yang dijemur dengan jumlah yang terbatas saat ini, umumnya lebih banyak didapatkan melalui pukat darat, ungkap Darmawan.
Lebih lanjut dikatakan, dengan berkurangnya hasil tangkapan ikan jenis teri, maka produksi teri kering khas Kota Lhokseumawe, sangat kurang, sehingga mempengaruhi harga, yakni antara Rp70 ribu hingga Rp100 ribu/Kg.
Baca juga: Produksi kurang, harga bandeng naik di Lhokseumawe
"Bila sedang musim teri, maka harga teri dapat turun hingga Rp50 ribu/Kg. Namun jika sedang tidak musim dapat mencapai Rp100 ribu/Kg," ungkap Darmawan.
Namun, katanya, seperti kebiasan sebelumnya, tangkapan teri banyak pada bulan Maret hingga Mei. Dimana pada bulan tersebut, tangkapan teri baik yang dilakukan dengan boat besar, maupun pukat darat lebih meningkat.
"Nanti pada bulan Maret hingga Mei, diperkirakan akan memasuki musim teri, begitu juga dengan hasil tangkapannya juga lebih meningkat dibandingkan sekarang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018