Takengon (Antaranews Aceh) - Berburu ikan masheer merupakan suatu pengalaman yang istimewa bagi para penghobi mancing.

Jenis ikan ini dikenal hidup di aliran sungai arus deras di wilayah pedalaman atau kawasan hutan.

Ikan masheer juga masih banyak terdapat di sungai-sungai berair jernih di Dataran Tinggi Gayo pada kawasan pedalaman atau wilayah hutan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Joe, seorang penghobi mancing di Takengon, kepada wartawan, Sabtu, menuturkan ada banyak spot mancing untuk berburu ikan masheer di kedua daerah tersebut.

Joe sendiri mengaku sudah sering menjelajahi setiap kawasan pedalaman hingga hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk berburu masheer.

"Masyarakat di sini menyebutnya ikan gegaring. Itu nama lokal ikan masheer di sini," tutur Joe.

Dia menjelaskan bahwa untuk berburu masheer di hutan Gayo perlu menyiapkan peralatan camping seperti tenda untuk berkemah serta berbagai perlatan lain yang diperlukan.

"Karena kita di sana minimal tiga hari dua malam, jadi harus bawa bekal," kata Joe.
 
Pemangcing menunjukkan ikan masheer hasil tangkapannya di aliran sungai wilayah pedalaman Gerpa, Kabupaten Aceh Tengah. (Antara Aceh/Kurnia Muhadi)


Perburuan seperti ini akhirnya lebih kepada tujuan untuk berwisata di alam lepas. Para pemancing juga dapat menikmati keindahan panorama alam pengunungan di Gayo yang masih dialiri sungai-sungai berair jernih.

Petualangan memburu masheer akan semakin lengkap ketika sukses mendapatkan tangkapan ikan yang dicari untuk kemudian dijadikan menu makan malam di tenda perkemahan.

"Kalau lokasi terdekat itu di wilayah Gerpa. Jaraknya sekitar 30 KM dari Takengon," sebut Joe.

Joe juga mengaku lebih sering berburu masheer di wilayah Gerpa karena jaraknya yang dekat dibanding spot mancing lainnya yang harus menelusuri pedalaman hutan Gayo.

Lokasi tersebut, kata Joe, relatif mudah dijangkau karena masih berada di wilayah pinggiran perkampungan yang berbatasan dengan kawasan hutan, yakni Kampung Serule, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah.

"Dari perkampungan ke aliran sungai di Gerpa itu jaraknya 8 KM bisa sampai dengan kendaraan roda dua," ucap Joe.

Sementara untuk sejumlah lokasi lainnya, kata Joe, jarak tempuhnya relatif jauh melewati kawasan pedalaman dan menulusuri hutan.

Diantaranya di wilayah hutan Pameu, Kecamatan Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah, dengan jarak tempuh sekira 60 KM dari kota Takengon.
 
Pemancing beristirahat di samping tenda camping di aliran sungai wilayah pedalaman Gerpa, Kabupaten Aceh Tengah.  (Antara Aceh/Kurnia Muhadi)


"Kalau di Bener Meriah itu lokasinya di  pedalaman Kampung Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama," sebut Joe.

Rekan Joe sesama penghobi mancing, yakni Kiki, kepada wartawan menuturkan bahwa perburuan ikan masheer bagi pemancing seperti mereka hanya sebatas penyaluran hobi memancing saja.

Menurutnya ikan yang didapat tidak untuk dijual melainkan hanya dikonsumsi di lokasi perkehaman saat petualangan memancing.

Ikan gegaring atau masheer, kata Kiki, memang diketahui menjadi idola para pemancing dengan menggunakan teknik casting.

Hal itu karena ikan jenis ini dikenal memiliki sambaran dan tarikannya yang kuat saat memberikan perlawanan kepada pemancing sampai melengkungkan joran pancing.

"Di kalangan pemancing ikan ini dikenal sebagai penguasa rimba. Banyak pemancing yang mengidolakan ikan ini. Kalau di Malaysia bahkan sudah ada paket wisata untuk mancing ikan ini," tutur Kiki.

Kiki menjelaskan bahwa ikan masheer di berbagai daerah di nusantara dikenal dengan nama berbeda, seperti nama ikan jurung untuk wilayah Sumatera Utara, ikan kerling di Aceh, dan sebutan ikan gariang di Sumatera Barat.
 

Pewarta: Kurnia Muhadi

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018